Laporan Wartawan Tribun Batam, Iman Suryanto
TRIBUNNEWS.COM, RUMBAI - Olahraga biasanya identik kekuatan fisik, taktik dan persaingan yang sportif. Namun untuk di Indonesia, khususnya selama penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII Riau 2012, kekuatan fisik tidak cukup untuk menghadapi pertandingan.
Mengingat ada beberapa atlet dari beberapa kontingen yang mengalami hal-hal yang di luar dari logika. Dari informasi yanhg dihimpun Tribun, dari sumber yang minta dirahasiakan namanya, diketahui praktik-praktik tersebut terlihat jelas dari semua cabang olahraga (cabor) yang dipertandingkan di beberapa venue. Dan lebih dominan menjelang babak perempat final, hingga final.
Salah satunya seperti yang terlihat di pertandingan cabang olahraga dayung dan ski air yang mengalami hal-hal aneh dan janggal.
"Kemarin, saat atlet kita bertanding di ski air sangat terlihat jelas. Atlet kita mau main, tiba-tiba saja cuaca berubah sangat drastis, bahkan angin kencang dan gelombang naik. Padahal sebelumnya cuacanya panas terik. Saat matras dibuka di bawahnya penuh kembang sesajian. Ada pula atlet renang yang saat start tidak terjun ke air tapi hanya bisa termenung di atas," terangnya.
Hal yang sama juga terjadi di cabor dayung, di mana atlet yang bertugas sebagai tekong, tiba-tiba saja mengalami pingsan menjelang 5 meter lagi mencapai garis finish.
"Bayangkan saja, saat sebelum tanding, tekongnya sehat bugar dan tidak mengeluhkan sakit apapun, eh... tiba-tiba pingsan di perahu. Padahal saat itu kita sudah memimpin di posisi pertama," ungkapnya.
Akibatnya, kecepatan tim dragon boat Kepri tak tentu arah. Dragon boat arahnya seperti ular tak menentu, semangat para atlet tak bergairah.
"Bukan Kepri saja yang terkena hal tersebut, kontingen Kalimatan Selatan juga kena, namun mereka memiliki penangkalnya ada, jadi atletnya tidak jadi masalah. Kalimatan Selatan menganjurkan tim Kepri untuk mencari orang pintar, agar bisa bertanding dengan semestinya," ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Ketua KONI Kepri, Nur Syafriadi membenarkan akan adanya aksi dukun atau 'orang pintar'. Yang turut bermain dalam beberapa cabang olahraga.
Khusus yang terjadi di Alamioleh atlet Dayung Kepri tersebut, Nur mengatakan bahwa memang di daerah pedalaman Riau seperti daerah Kuantan Singingi masih banyak orang yang masih percaya dan menggunakan aksi-aksi tersebut memenangkan sesuatu lomba.
"Namun bagi kami tim Kepri, kita tidak melakukan hal yang sama, kita hanya berserah diri kepada Allah SWT saja, dan Tawakallahi la haula wala quata illa billah," ungkapnya melalui pesan singkat elektronik ke tribun, Senin (17/9/2012).