TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Panitia Besar (PB) PON XVIII/2012 mengalokasikan dana sekitar Rp8,7 miliar untuk tes doping bagi para atlet peserta perhelatan olahraga nasional itu.
"Anggaran untuk doping sekitar Rp8,7 miliar, kira-kira sepertiga dari total anggaran bidang kesehatan," kata Ketua Sub Bidang Doping Bidang Kesehatan PB PON, Erni Ismail, kepada ANTARA di Pekanbaru, Selasa.
Ia menjelaskan, besarnya anggaran tes doping itu disebabkan panitia harus menerapkan standar WADA (World Antidoping Agency) yang tinggi guna menjamin keabsahan hasil.
Seluruh sampel urine para atlet akan diuji di laboratorium Universitas Mahidol, Thailand.
"Kami tak bisa melakukan penghematan karena peralatan untuk tes doping standarnya khusus. Selain itu, tenaga medis dan prosedurnya juga harus standar," katanya.
Ia mengatakan, PB PON Riau menargetkan mengambil 800 sampel tes urine dari atlet untuk dites.
Sebanyak 464 tenaga medis disebar ke hampir seluruh lokasi pertandingan, dan 92 petugas lainnya bersiaga di 45 pusat doping (doping center).
"Dari 39 cabang olahraga pada PON Riau, hanya aeromodeling yang diputuskan tak diambil tes doping," kata Erni.
Menurut dia, hingga Senin (17/9) sudah ada 539 sampel urine yang diambil dari atlet. Dari jumlah itu, 519 sampel sudah dikirim panitia ke Thailand.
Namun, ia mengatakan kemungkinan besar target 800 sampel urine tak akan tercapai karena berbagai sebab.
"Seluruh hasil tes doping kemungkinan besar baru akan selesai pada bulan Oktober yang pastinya akan dipublikasikan oleh PB PON Riau," ujarnya.