TRIBUNNEWS.COM, MERAUKE - Selalu ada drama di setiap pentas pertandingan, demikian juga dengan apa yang sudah terjadi di Cabor Gulat PON XX Papua.
Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PP PGSI), Steven Setiabudi Musa, mengapresiasi pentas Gulat PON XX 2021 Papua yang berakhir Kamis (14/10/2021) di GOR Head Sai, Merauke, itu.
"Secara keseluruhan pertandingan gulat berjalan cukup baik. Meski ada sedikit insiden tapi tertangani dengan baik. Ini semua tidak terlepas dari peran serta perangkat pertandingan, atlet dan ofisial," ujar Steven Setiabudi Budi saat dihubungi media di Jakarta, Jumat (15/10/2021) pagi.
"Saya mengapresiasi panitia, perangkat pertandingan, atlet dan ofisial yang mampu menjalankan roda pertandingan dengan baik," sambung anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta yang memimpin Pengprov PGSI DKI Jakarta periode 2015-2020 itu.
Steven Setiabudi Musa berharap hasil PON XX Papua ini bisa menjadi tolak ukur prestasi gulat Indonesia di arena regional maupun internasional.
Diketahui, dari 18 medali emas yang diperebutkan di tiga kategori, tim gulat Jatim menjadi perengkuh medali terbanyak dengan 7 emas, 7 perak dan 2 perunggu. Berikutnya, Kalimantan Timur 4-2-6, Jawa Barat 2-2-2, Kalimantan Selatan 2-0-4, Papua 1-1-2, Banten 1-0-0, DKI Jakarta 1-0-0, Sumatera Barat 0-4-1, Jambi 0-1-1, Jawa Tengah 0-1-1, dan Bengkulu 0-0-1.
Dari 15 provinsi dengan 106 atlet, termasuk tuan rumah Papua yang langsung meloloskan pegulatnya tanpa kualifikasi, empat daerah gagal membawa pulang medali. Yakni, Bangka Belitung, Lampung, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan.
"Apa yang diperoleh Jatim tentunya tidak datang begitu saja. Ini hasil dari proses yang panjang, pembinaan yang baik, simultan dan berkesinambungan," tutur Drs.Rakhman, Ketua Pengprov PGSI Jatim.
Proses pembinaan yang terus menerus itu, sebut Rakhman, menjadi salah satu kunci sukses tim gulat Jatim dari PON ke PON. Perolehan medali mereka meningkat signifikan di tiga PON terakhir, yakni 0-6-4 di PON XVIII 2012 Riau, lalu naik 4-4-6 di PON XIX 2016 Jabar, dan melonjak lagi menjadi 7-7-2 di PON XX 2021 Papua.
Rakhman setuju, untuk PON XX1 mendatang, kelas-kelas yang dipertandingkan tetap mengacu pada aturan global, seperti yang diterapkan pada PON XX Papua ini.
Yahya Madjid, Technical Delegate (TD) PON XX, menyatakan akan lebih baiknya jika tetap mengikuti aturan Persatuan Gulat Dunia (Union World Wrestling/UWW).
"Pertana, 18 kelas Olympic sesuai aturan UWW. Kedua, pada PON mendatang jumlah peserta perkelas harus delapan plus satu, untuk tuan rumah, untuk mengakomodir keinginan perunggu ganda atau dua medali perunggu," jelas Yahya Madjid.
Usulan tetap 18 kelas ini diamini oleh Agus Pebrianto, Sekum Pengprov PGSI Kalsel. "Untuk PON yang akan datang sebaiknya memang tetap dilaksanakan yang seperti sekarang, yakni 18 kelas. Tetapi, untuk mendukung pembinaan jangka panjang, mungkin bisa ditambahkan beberapa kelas lagi, namun kelasnya masih mengikuti Role UWW sehingga kita tidak melanggar aturan yang ada," jelas Agus Pebrianto, yang juga Wakil Ketua Umum PP PGSI.
"Selamat tinggal Merauke, kita akan jumpa di Aceh/Sumut pada kompetisi gulat PON XX1 2025, saatnya Jateng menorehkan kemenangan," ucap Ketua Pengprov PGSI Jateng, Andreas Budi Wirohardjo.
"Selamat bagi para pemenang. Proses tiada menipu hasil. Sengkarut urat ketegangan, membaur dalam Cinta.
Terima kasih NKRI. Terima kasih PB PON XX. Terima kasih PP PGSI. Terima kasih para ksatria Indonesia. Terima kasih Merauke. Salam NKRI. Salam Gulat Indonesia," tulis Andreas Budi Wirohardjo dalam WA grup PP PGSI.