News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bunga KPR Diprediksi Meningkat pada 2023, REI: Tak Berpengaruh Signifikan pada Sektor Properti

Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi properti. Wakil Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Ikang Fawzi mengatakan, suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang diprediksi akan meningkat di tahun 2023 disebut tak berdampak signifikan pada sektor properti.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Ikang Fawzi mengatakan, suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang diprediksi akan meningkat di tahun 2023 disebut tak berdampak signifikan pada sektor properti.

Menurutnya, masyarakat saat ini dinilai sudah lebih cakap menghadapi tantangan perekonomian. Terlebih, dalam pembelian properti.

"Kalau menurut saya dampak nya ada, cuma tidak terlalu signifikan. Karena ya itu, masyarakat kita sudah cukup capable dalam menghadapi masalah-masalah seperti ini," kata Ikang Fawzi saat dihubungi Tribunnews.com, Kamis (1/12/2022).

Baca juga: Suku Bunga Acuan Bank Indonesia Melonjak, Ekonom: Bunga KPR Bisa Naik 3 Persen pada Tahun Depan 

Ikang mengatakan, Real Estate Indonesia (REI) bersama perbankan turut menjaga bunga KPR dengan menyesuaikan pasar properti.

"Kita pada pelaksanaanya dilapangan developer dengan perbankan itu sama-sama mencari jalan keluar. Bagaimana bunga nya mencapai bunga pasar," ujar dia.

Terlebih, dia mengaku, pihaknya juga memberikan pasokan subsidi kepada masyarakat sebagai solusi ditengah kondisi perekonomian yang dinilai tak menentu.

"Kita subsidi, misalnya bunga pasar sekarang 11 persen, 3 persen kita subsidi. Masing-masing bank 1,5 persen, kita 1,5 persen," sambungnya.

Baca juga: Genjot Penyaluran KPR Tahun Depan, Bank KB Bukopin Sinergi dengan Arebi

Selain itu, Ikang menambahkan, solusi lain yang bisa ditempuh yaitu adanya KPR yang berbasis syariah. Hal itu dinilai sebagai pilihan lain untuk menghadapi prediksi kenaikan bunga KPR di tahun 2023.

"Belum lagi yang syariah, KPR nya itu kan tidak tergantung dengan bunga. Itu menjadi satu pilihan juga dan sekarang banyak cara-cara KPR yang mengacu ke pemikiran dan perhitungan seperti itu juga walaupun bukan syariah," tuturnya.

Terakhir, Ikang memaparkan, sektor properti telah menghadapi situasi ekonomi yang sulit dari tahun 2015. Kendati begitu, kata dia Dia sektor properti tetap mampu berjalan.

"Kita harus melihat dampak langsung kepada kita nya seperti apa dan pengalaman yang selama ini terjadi. Selama ini kita sudah berkali-kali mengalami resesi seperti ini tapi tetap berjalan," tegasnya 

Sebelumnya diberitakan, Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira menyampaikan, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) menjadi 5,25 persen bakal berdampak pada naiknya suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Baca juga: Suku Bunga Acuan Bank Indonesia Melonjak, Ekonom: Bunga KPR Bisa Naik 3 Persen pada Tahun Depan 

Menurutnya, kenaikan suku bunga acuan itu diprediksi akan terus meningkat hingga tiga kali di tahun 2023. Hal itu kata Bhima, sebagai upaya menahan laju pelemahan kurs rupiah dan pengendalian inflasi.

"Tren bunga mahal terus terjadi melihat situasi global yang kompleks. Efeknya tentu ke suku bunga KPR floating rate bisa naik 2-3 persen tahun depan. Karena bank akan sesuaikan dengan suku bunga BI," ujar Bhima saat dihubungi Tribunnews.com, Rabu (30/11/2022).

Lebih lanjut, Bhima mengatakan, perbankan disebut akan menaikkan suku bunga KPR sebagai antisipasi risiko dari sisi debitur. Menurutnya, semakin tinggi risiko ekonomi, bunga akan menjadi jadi alat kompensasi.

Untuk itu, Bhima menegaskan, kenaikan bunga pada KPR bakal berdampak pada daya minat masyarakat yang menurun.

"Dampak bunga KPR yang tinggi akan menurunkan minat masyarakat ambil KPR tahun depan. Pertumbuhan penyaluran KPR bisa melambat," tuturnya.

Baca juga: Hadapi Tantangan 2023, BTN Sinergi dengan AREBI untuk Menggenjot Pemasaran KPR

Bahkan, kata Bhima, kenaikan upah minimun provinsi (UMP) tahun 2023, yang dibatasi tak lebih dari 10 persen itu, tak mampu membantu masyarakat mengejar bunga KPR yang naiknya dinilai terlalu tinggi.

"Paling terdampak masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), yang pendapatannya pas-pasan dan tergerus inflasi," tegasnya.
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini