TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasar properti seusai pesta demokrasi Pemilu 2024 dinilai bakal bertumbuh positif dan harganya berpotensi mengalami kenaikan.
Pengamat Properti dan Presiden Direktur ERA Indonesia Darmadi Darmawangsa mengatakan, setelah Pemilu, pasar properti bergerak karena permintaan meningkat dengan suplai yang terus berkurang.
"Hal ini memicu kenaikan harga properti mulai Maret sampai Oktober 2024 jelang pemerintahan baru akan dimulai. Momentum tepat untuk beli properti sekarang, sebelum harganya naik," ujar Darmati saat Talkshow with Property Expert: Take Action After Election, It's Time to Buy Property di Jakarta, dikutip dari Kontan, Rabu (28/2/2024).
Darmadi optimis permintaan properti akan meningkat dan membawa dampak positif pada pertumbuhan ekonomi nasional, utamanya pada sektor industri perumahan.
Baca juga: Survei BI: Harga Properti Tempat Tinggal Alami Peningkatan
Bank Indonesia telah memproyeksi pertumbuhan ekonomi nasional akan mencapai 4,7 persen - 5,5% pada 2024. Hal ini meliputi potensi sektor properti yang diproyeksikan akan bertumbuh.
Pertumbuhan sektor properti juga terdorong dengan langkah pemerintah tengah meneken insentif untuk menjaga pertumbuhan industri properti berupa Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk pembelian rumah baru.
"Pemerintah meluncurkan program insentif PPN DTP yang sangat menarik, khususnya untuk properti harga Rp2 miliar- Rp5 miliar. Jadi, ketika ada produk properti siap huni dan mengambil action untuk membeli, kita akan mendapatkan keuntungan luar biasa. Momentumnya tepat, harga properti sekarang masih baik dan dapat kemudahan bayar dari pemerintah. This is the right time to buy property," ujar Darmadi.
Menurut Darmadi, generasi milenial diprediksi masih mendominasi pembelian properti tahun ini. Kabar baik potensi pertumbuhan industri properti perlu dioptimalkan baik untuk aset maupun investasi jangka panjang.
Melalui pembelian langsung ke pengembang tepercaya, generasi milenial tak perlu ragu memanfaatkan skema pembayaran KPR untuk beli properti.
"Selain beli properti sesuai fungsinya, properti sebenarnya aset untuk memberikan quality of living bagi keluarga. Saat membeli properti, generasi milenial juga perlu menimbang nilai properti seperti ketersediaan fasilitas, kemudahan akses, hingga desain dan fasad dari hunian itu sendiri," tambahnya.
Sementara itu, pengembang properti juga turut merespon positif insentif pemerintah untuk pembelian hunian. Bukit Podomoro Jakarta milik Agung Podomoro misalnya, sebagai bagian dari pelaku pasar properti, pengembang optimis sektor properti akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional.
“Proyeksinya pasca Pemilu ini memang akan terjadi peningkatan konsumen properti seiring dengan tren industrinya sendiri. Kami tentu menyambut baik hal ini dengan menyediakan produk properti terbaik sesuai kebutuhan masyarakat untuk hunian dan investasi,” kata Chief Marketing Officer Bukit Podomoro Jakarta Zaldy Wihardja.
Optimisme ini didasarkan pada Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan IV 2023 tumbuh sebesar 1,74% (yoy).
Penjualan properti residensial di pasar primer pada triwulan IV 2023 terindikasi meningkat cukup tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini tecermin dari pertumbuhan penjualan sebesar 3,27% (yoy) pada periode tersebut.
"Kehadiran Bukit Podomoro Jakarta di Jakarta Timur juga turut mengerek kenaikan harga tanah dan properti di kawasan ini sehingga peluang investasinya besar. Kami memang menghadirkan kawasan hunian dengan konsep one stop easy living yang akan menjadi ikon di Jakarta Timur,” kata Zaldy.
Saat ini, Bukit Podomoro Jakarta tengah meluncurkan produk properti berupa rumah tapak dengan kisaran harga mulai Rp3,6 miliar per unit, serta produk komersial yaitu ruko mulai harga Rp 3,8 miliar. (Fahriyadi/Kontan)