Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Takjil biasa diburu masyarakat sebagai hidangan berbuka puasa. Lapak takjil pun mendadak bermunculan di sepanjang jalan menawarkan aneka jajanan.
Kepala Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen BPOM Kota Semarang Aryanti mengatakan, di tengah permintaan takjil yang meningkat, masyarakat perlu mewaspadai kemungkinan adanya kandungan bahan kimia berbahaya dalam menu takjil.
"Biasanya takjil dibuat semenarik mungkin sehingga konsumen tertarik membeli. Di antaranya dengan memberi pewarna tekstil," katanya, Minggu (12/6/2016)
Aryanti menyampaikan sejumlah bahan kimia yang sering ditemukan pada jajanan takjil antara lain pewarna tekstil (Rhodamin B), Formalin yang biasa dijumpai pada jenis makanan mi, dan Boraks pada jajanan Cilok, bakso, dan lontong.
Masyarakat sebenarnya dapat mengenali ciri-ciri makanan yang mengandung bahan berbahaya tersebut. Menurut Ariyanti, panganan yang mengandung pewarna tekstil (Rhodamin B), biasanya berwarna merah mencolok.
"Ini bisa dideteksi dengan lampu UV karena merahnya terlihat berpendar," sambungnya.
Untuk mengenali mi basah yang mengandung formalin juga cukup mudah. Menurut Ariyanti, mi yang mengandung formalin biasanya tidak mudah putus dan awet hingga berhari-hari.
Sementara ciri-ciri bakso, cilok, otak-otak, atau lontong yang mengandung formalin biasanya bertekstur lebih kenyal, warna cenderung putih mengkilap, dan awet berhari-hari. (*)