Dengan nada sopan, mereka pun menyampaikan niat baiknya untuk ingin mengajarkan agama Islam kepada anak-anak.
Sebab, menurutnya keadaan disana saat itu cukup memprihatinkan.
"Kaum laki-laki disana banyak yang tak melakukan Salat Jumat, dan hanya sesepuhnya saja. Di sana juga tak ada remaja masjid, karena sebagian besar anak-anak remaja dan dewasanya merantau untuk bekerja," ungkap Agus.
Lalu, hanya ada satu gedung sekolah dasar (SD), yakni SD Kiara Pandak 2 yang muridnya hanya sekitar seratus orang.
Setelah menyampaikan maksud baiknya, akhirnya mereka diizinkan sesepuh untuk melakukan syiar agama.
Mereka melakukan syiar agama islam kepada anak-anak melalui media berupa permainan.
Namanya Iqropolly, mainan anak-anak yang sarat dengan ajaran dasar agama Islam.
Mainan ini merupakan asli hasil karya mereka.
Didalamnya terdapat doa-doa, bacaan salat, dzikir, kisah nabi dan rasul, sopan santun, sedekah dan sebagainya.
"Selama sebulan kami syiar di sana kepada anak-anak SD. Alhamdulillah orang tua murid pada mendukung program kami," tuturnya.
Dalam minggu kedua, sudah kelihatan perubahan dari anak-anak.
Anak-anak yang tadinya tidak tahu bacaan salat kini telah hafal.
"Mereka yang awalnya tak pernah mengucapkan salam kepada orang saat bertemu, kini sudah mengucapkan salam sambil cium tangan kepada orang tua," tambah Agus.
Sebulan telah dilalui dan program syiar mereka di Kampung Adat Urug pun selesai.
Mereka bersyukur bisa menanamkan ilmu agama islam kepada anak-anak melalui karya mereka, Iqropolly.
Kini, mainan Iqropolly ini tengah dalam proses dibuatkan hak patennya.
Mereka berharap mainan Iqropolly ini bisa diproduksi masal dan digunakan untuk mengenalkan agama islam kepada anak-anak.