Dr Mutohharun Jinan, Dosen di Universitas Muhammadiyah Surakarta
TRIBUNNEWS.COM - Umur seseorang merupakan rahasia Allah. Tidak ada yang tahu pasti berapa lama seseorang akan hidup. Sebagian manusia ada yang dipanjangkan umurnya, sebagian lagi amat pendek.
Dalam Alquran: "Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa." (QS. An-Nahl/16: 70).
Umur panjang merupakan bagian nikmat dari Allah yang patut disyukuri. Banyak orang memohon kepada Allah agar dipanjangkan umurnya. Bermacam-macam alasan agar orang bisa panjang usianya.
Secara umum orang yang memohon dipanjangkan usianya karena merasa akan lebih banyak beramal baik, menikmati hidup, melihat kebahagiaan anak dan cucunya di kemudian hari. Rupanya kenikmatan duniawi lebih menggoda hingga orang ingin berpanjang usia.
Di negera-negara maju, tingkat harapan hidup (panjang usia) menjadi indikator negara yang sejahtera. Semakin panjang tingkat harapan hidup berarti semakin sejahtera pula taraf hidupnya. Tentu saja harapan hidup ini dikaitkan dengan ukuran-ukuran tercukupinya kebutuhan ekonomi, kesehatan, dan layanan publik lainnya.
Secara normatif, konsep tentang umur dalam Islam semata-mata hak Allah. Manusia hanya diajarkan untuk mengisi usia dengan amal baik yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Soal panjang dan pendek usia seseorang tetap menjadi misteri, dan Allah yang berhak mengetahuinya.
Karena itu, konsep tentang panjang umur itu relatif yang berhubungan dengan seberapa manfaat usia itu. Sedikitnya ada dua pengertian dari panjang usia.
Pertama, arti secara fisikal. Bahwa orang yang panjang usianya adalah orang yang mampu hidup puluhan tahun melebihi usia rata-rata manusia pada umumnya. Kedua, panjang usia dalam arti kiasan.
Bahwa yang dimaksud panjang umur adalah orang yang banyak memberi manfaat sehingga dikenang oleh beberapa generasi sesudahnya. Umurnya bisa saja pendek, kurang dari usia rata-rata pada umumnya, tetapi menghasilkan karya yang banyak dan bermanfaat bagi orang lain.
Para ulama yang sudah meninggal ratusan tahun yang lalu dapat dikatakan berusia panjang. Dalam arti hidupnya dahulu hanya untuk menulis buku dan mengembangkan ilmu sehingga buku-bukunya sampai hari ini masih dipelajari dan dimanfaatkan oleh kaum muslim. Mereka itu digolongkan sebagai orang-orang paling baik.
Dalam satu riwayat disebutkan, "Wahai Rasulullah, manusia mana yang dikatakan baik?" Beliau menjawab, "Yang panjang umurnya namun baik amalnya." "Lalu manusia mana yang dikatakan jelek?" tanya laki-laki tadi. Beliau menjawab, "Yang panjang umurnya namun jelek amalnya." (HR. Tirmidzi)
Hadis tersebut mengingatkan, usia yang panjang lagi baik itu terkait dengan amal perbuatan atau produktivitasnya. Usia seseorang bernilai tinggi atau rendah sangat tergantung pada apa yang dihasilkan sepanjang usianya.
Untuk memperpanjang usia Rasulullah SAW menunjukkan caranya, yaitu dengan memperbanyak jaringan atau menjalin silaturahim. Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang suka diluaskan rizkinya dan ditangguhkan kematiannya, hendaklah ia menyambung silaturahim." (HR. Bukhari).
Momentum Ramadan dan Idul Fitri sangat tepat untuk menyambung silaturrahim dengan sana kerabat dan orang lain yang pernah terjalin pertemanan.