Laporan Reporter Surya, M Taufik dan Aflahul Abidin
Sebuah masjid kecil bercat putih berdiri kokoh di atas perbukitan Giri, Kecamatan Kebomas, Gresik. Sekitar abad 15-17, tempat ini merupakan pusat kerajaan Islam yang sangat berpengaruh hingga seantero Jawa dan beberapa pulau lain.
TRIBUNNEWS.COM, GRESIK - Giri Kedaton, demikian banyak orang menyebut situs peninggalan Sunan Giri tersebut.
“Awalnya, Sunan Giri membangun tempat ini untuk pesantren, tapi terus berkembang pesat hingga menjadi kerajaan,” ujar Moechtar, juru kunci Giri Kedaton saat berbincang dengan Surya di teras masjid Giri Kedaton, Jumat (26/5/2017) siang.
Dia menyebut, tidak ada data pasti kapan Raden Paku (nama asli Sunan Giri) awal kali membangun pesantren tersebut.
Hanya saja, dalam sejarah disebut bahwa ketika itu Sunan Ampel masih hidup, sehingga diperkirakan Giri Kedaton pertama dibangun sekitar tahun 1470-an masehi.
Pesantren itu berkembang pesat, santrinya pun menyebar dari berbagai wilayah di tanah jawa dan pulau-pulau lain di sekitar.
Selain masyarakat biasa, sejumlah pangeran dan bangsawan dari berbagai penjuru juga ikut nyantri di tempat ini.
“Seiring pesatnya perkembangan pesantren itu, Sunan Giri mendapat masukan dari Sunan Bonang dan tokoh-tokoh penyebar Islam lain untuk menjadikan tempat ini menjadi pusat pemerintahan."
"Akhirnya, 9 Maret 1487 berdirilan Kedaton dan Sunan Giri ditunjuk sebagai kepala pemerintahannya,” urai Moechtar.
Dan disebutnya, Sunan Giri memimpin pemerintahan sekitar 19 tahun. Setelah Sunan Giri tiada, pemerintahan diteruskan oleh Sunan Dalem, putra ketiga Raden Paku.
“Karena, anak pertamanya Raden Supeno sudah meninggal dunia saat Sunan Giri masih ada. Dia (Raden Supeno) dimakamkan di sini,” imbuh pria 65 tahun itu sambil menunjuk sebuah makam yang berada di belakang masjid Giri Kedaton.
Saat dipegang Sunan Dalem, pemerintahan berjalan biasa-biasa saja. Baru ketika dipimpin oleh Sunan Prapen selama 44 tahun sejak sekira tahun 1548, Giri Kedaton berkembang sangat pesat.
Kerajaan Islam ini memiliki peran politik yang luar biasa, termasuk dengan kerajaan-kerajaan lain, seperti Pajang, Kesultanan Demak, Mataram, dan sebagainya.
Sampai akhirnya, dikisahkan dia bahwa Kerajaan ini runtuh pada pemerintahan ke-11, sekitar tahun 1700 masehi. Namun, keturunan Sunan Giri yang memerintah di Giri Kedaton hanya sampai pemerintahan ke-7.
Bukan Asli
Masjid dan beberapa bangunan yang ada di Giri Kedaton sekarang ini bukan bangunan asli atau bangunan yang digunakan sebagai pondok pesantren dan pusat pemerintahan di jaman Sunan Giri.
Bangunan yang sekarang ini berdiri tergolong baru, yang dibangun pada tahun 1990.
Menurut Moechtar, saat awal temukan dulu, lokasi tersebut hanya lahan kosong dengan beberapa petunjuk bekas peninggalan. Kemudian, mulai dibangun.
“Sekitar tahun 1979, bangunannya dari kayu semi permanen,” sambung bapak tujuh anak yang sudah 16 tahun menjadi juru kunci tersebut.
Ditanya bagaimana bentuk asli Giri Kedaton, dirinya juga mengaku penasaran karena tidak pernah melihat langsung.
Disebut, beberapa pihak sempat bercerita bahwa gambar bangunan asli Giri Kedaton ini sejatinya masih ada, tapi berada di Vatikan.
“Banyak yang penasaran dengan bentuk asli Giri Kedaton. Kabarnya, ada lukisannya, tapi berada di Vatikan,” ucap pria yang sudah berstatus pegawai non PNS di lingkungan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala ini.
Kendati bukan bangunan asli, Giri Kedaton tetap memiliki daya tarik luar biasa. Hingga sekarang, banyak warga yang berdatangan untuk berkunjung ke sana.
Sekedar foto-foto selfie atau untuk berziarah ke makam Raden Supeno yang berada di belakang majid.
Biasanya, menurut Moechtar, banyak pengunjung datang ketika Malam Jumat Legi. Atau beberapa hari menjelang datangnya bulan Ramadan.
Mereka kebanyakan datang rombongan, tiga orang, lima orang, atau bahkan sampai puluhan orang.
Bukan hanya dari tanah Jawa dan beberapa provinsi lain di Indonesia, disebut bahwa peziarah dari luar negeri juga kerap berkunjung ke sini. Khususnya peziarah dari Malaysia.