News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Lukisan Bangunan Masjid dan Pesantren Giri Kedaton Ada di Vatikan

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Beberapa kolam terlihat mengitari masjid Giri Kedaton. Ini peninggalan Sunan Giri, dulu, kolam-kolam ini dipakai untuk wudlu dan penampungan air minum.

Laporan Reporter Surya, M Taufik & Aflahul Abidin

KEPALA akan langsung menengadah ketika tubuh mengadap anak tangga menuju bukit di situs Giri Kedaton. Ada ratusan anak tangga yang harus dilewati untuk sampai di bekas pesantren yang didirikan oleh Sunan Giri itu.

TRIBUNNEWS.COM, GRESIK - Di tengah perjalanan mendaki anak tanga itu, tepatnya di sisi kanan, pohon jati dan bambu tumbuh tak teratur. Menurut Juru Pelihara Situs Giri Kedaton, Moechtar, di sanalah dulu bangunan pesantren berdiri.

"Dulu bangunan pesantrennya membentuk huruf L," kata dia.

Luas situs tersebut 100 meter x 100 meter. Lokasi bekas pesantren yang kini rimbun tumbuhan itu hanya menempati sebagian kecil saja dari keseluruhan situs. Sisanya, bangunan masjid, dua kolam, beberapa makam, dan bangunan berrelief. Dari semuanya, peninggalan yang tersisa utuh adalah kolam tersebut.

Berada di sisi utara area situs, doa kolam itu kini hanya berupa cekungan dengan relif bangunan lama. Tak ada air sedikitpun. Konon, satu kolam merupakan tempat berwudhu para santri Sunan Giri sebelum menuju ke masjid. Sementara satu kolam lain berfungsi sebagai tandon air minum santri.

Selain itu, praktis tak ada peninggalan Sunan Giri yang abadi. Bangunan masjid pun sudah dipugar beberapa kali. Terakhir, pembangunan ulang dilakukan tahun 1990-an. Dana pembangunannya berasal dari sumbangan seorang warga. Warga itu juga yang membangun anak tangga akses menuju ke lokasi.

Sebelumnya, pemugaran masjid di sana dilakukan pada 1979. Dindingnya kayu dan berdiri semi permanen. Soal gambaran bangunan saat Sunan Giri hidup di sana pun sudah tak terdokumentasi. Usut punya usut, menurut Moechtar, lukisan bangunan Masjid Giri Kedaton ada di Vatikan, Italia.

"Bangunan masjid sekarang lebih besar dari yang dulu," tambahnya.

Berbeda dengan beberapa sunan yang menyebarkan Islam dengan berkeliling wilayah, Sunan Giri lebih banyak menghabiskan waktu di masjid ini. Ia menjelaskan, Sunan Giri menghabiskan waktu untuk mengajar di pesantren saat siang hari. Malam harinya, ia salat malam dan membaca doa di masjid.

Saban hari, Moectar menyapu masjid dan membersihkan area sekitar situs. Sesekali dalam beberapa waktu, ia juga mengecat masjid berwarna putih itu. Sepengetahuan dia, tak ada pengganggaran untuk pembenahan situs dari pemerintah daerah.

"Setahu saya, tidak ada pengganggaran setiap tahun," ujarnya.

Pengabdian Moechtar sebagai juru pelihara didapat secara turun-temurun. Dia tinggal di rumah dekat anak tangga menuju lokasi situs. Ada beberapa rumah di sana. Rumah dia berada paling dekat situs.

Di rumahnya, Moechtar punya salinan tembang macapat yang diciptakan oleh Sunan Giri. Naskah itu adalah hasil terjemahan dalam bentuk tulisan latin dari naskah asli yang pernah ditulis sunan bernama asli Raden Paku itu.

"Sunan Giri penulis tembang. Yang memopulerkan tembangnya Sunan Kalijaga. Kadang-kadang, orang keliru. Lagu Lir Ilir sebenarnya dibuat Sunan Giri," ujarnya.

Meski begitu, beberapa versi cerita meyakini, lagu tersebut diciptakan oleh Sunan Kalijaga sebagai sarana menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini