Mulai beranjak dari duduk, Acep mengajak Tribun menuju makam Eyang Dalem Cikundul. Untuk sampai ke makam, pengunjung harus menaiki 170 anak tangga. Anak tangga tersebut sudah mengalami perbaikan dengan peneduh baja ringan dan lantai yang bersih terawat.
Acep menceritakan sejarah Raden Aria Wiratanu Datar yang membuka kerajaan kecil dan sekarang menjadi Kabupaten Cianjur.
"Menurut cerita turun-temurun, Raden Aria Wiratanu Datar adalah anak Raden Aria Wangsa Goparan, yang masih keturunan Raja Sunda Galuh Mundingsari alias Banjarsari," kata dia sambil terus melangkah.
Eyang Dalem Cikundul dilahirkan sekitar tahun 1603 Masehi di Kampung Cibodas, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang.
Pada usia delapan tahun ia dididik dan digembleng di paguron (perguruan) Islam Kesultanan Cirebon di bawah pimpinan penerus Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
Eyang Dalem Cikundul seorang siswa teladan dan paling menonjol dibanding siswa-siswa lainnya. Eyang menguasai bidang ajaran keagamaan, keperwiraan, dan ilmu kemasyarakatan.
"Tamat di perguruan tersebut ia mendapat gelar Aria. Gelar itu merupakan gelar untuk kerabat keraton dengan kedudukan 'Ngabehi' selaku penggawa Kesultanan Cirebon dengan nama khusus Ngabehi Jaya Sasana," kata dia.
Pada usia 23 Eyang Dalem Cikundul mendapat kepercayaan dan diangkat menjadi senopati Kesultanan Cirebon sehingga mendapat gelar Raden Aria Wiratanu.
"Ia lalu diberi prajurit sebanyak 300 umpi (1.200 jiwa) dari Kesultanan Cirebon," kata Acep.
Eyang Dalem Cikundul mendapat tugas dari penerus Syekh Syarif Hidayatullah untuk mendirikan kerajaan kecil di wilayah kosong bekas wilayah Pajajaran.
Sebelum mendirikan Kabupaten Cianjur, Eyang Dalem Cikundul sering berzikir di kawasan Sagalaherang, Subang.
Saat berangkat ia hanya mendapat petunjuk untuk mendirikan kerajaan di kawasan selatan sebelah barat. Petunjuk lainnya, wilayah yang harus dijadikan kerajaan itu adalah sebuah wilayah yang sering dijadikan tempat mandi badak berwarna putih.
Eyang Dalem Cikundul akhirnya menemukan tempat pemandian badak putih tersebut. Ia membawa pasukan dan sekitar 500 keluarga ke tempat tersebut.
"Kini sumur tempat mandi hewan badak putih masih ada di dekat pegadaian," kata dia.