TRIBUNNEWS.COM -- Kakek penjual abu gosok di bilangan Jakarta ini mengaku tak pernah makan saat sahur dan berbuka puasa.
Dia berkisah pada seorang mahasiswi yang hendak membeli dagangannya.
Diceritakan akun Fauziah Ulfa, pendengaran kakek itu terganggu.
Sehingga saat dirinya bertanya perlu menggunakan yang lantang.
Sebenarnya Ulfa bukan kali pertama melihat kakek tersebut.
Beberapa kali ia berjumpa, hanya baru ini dirinya berkesempatan untuk mendengar kisah hidup yang diceritakan kakek ini.
Ulfa merasa haru ketika mendengar alasan sang kakek yang tetap berpuasa meski tak makan saat sahur dan berbuka.
Bahkan, kakek penjual abu gosok itu tak mampu berbicara banyak karena perutnya yang sakit.
Teruntuk Mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Beberapa kali saya temui kakek ini, bahkan beberapa kali pula saya mencari keberadaan beliau.
Beliau kakek tua yang giat mengais rezeki, tak peduli tubuh renta, tak peduli sengatan matahari.
Berjalan pagi dari rumah membawa gerobak kecil miliknya yang berisi "bola kecil dan abu gosok".
Fikirnya saya saat tahu pertama kali apa yang beliau jual "jaman sudah se-modern ini sudah jarang sekali yg menggunakan abu gosok".
Namun, beliau tidak menyerah. Tidak menjadikan ke-rentaannya utk meminta belas kasih seseorang.