Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama
TRIBUNNEWS.COM, ISLANDIA - Muslim di Islandia harus menjalani puasa Ramadan selama 22 jam sehari dan hanya punya waktu sekitar dua jam untuk berbuka, salat Tarawih dan makan sahur.
Ibadah puasa dijalankan mulai terbit fajar hingga terbenam matahari. Di Indonesia, puasa dijalankan selama kurang lebih 13 jam. Namun di wilayah lingkaran Arktik atau Kutub Utara, waktu puasa bisa jauh lebih panjang, terutama bila berlangsung di musim panas.
Salah satu negara yang memiliki rentang waktu puasa terpanjang adalah Islandia -di mana umat Muslim harus berpantang dari lapar, haus dan segala hal yang bisa membatalkan puasa- hingga 22 jam.
Di Islandia, fajar mulai pukul 04.00 dan matahari terbenam sekitar pukul 23.00. Hal itu berarti umat Muslim hanya punya waktu dua jam untuk berbuka, menjalankan salat Tarawih dan Sahur.
Baca: Ikuti Cara Sehat Rasulullah Selama Puasa, Perbanyak Ibadah Setelah Sahur, Dampaknya Luar Biasa
Sulaman, pria asal Pakistan yang pindah ke Islandia lima tahun lalu, adalah salah seorang yang menjalani puasa selama 22 jam itu.
"Dalam Islam, Anda berpuasa sejak terbit fajar hingga terbenam matahari, jadi saya berpuasa selama hampir 22 jam," katanya.
Dia menyebut berpuasa nyaris seharian bukanlah hal yang berat untuk dijalani.
"Iman yang membuat saya bisa menjalani ini. Jika Anda yakin, semua akan mudah dan lama-kelamaan tubuh Anda akan terbiasa karena itu sudah menjadi rutinitas," lanjutnya.
Di sisi lain, istri Sulaman, Zara, tidak berpuasa di Ramadan tahun ini. Zara tengah mengandung.
Umat Muslim di Islandia menjalani puasa selama 22 jam.
Kendati demikian, Zara akan tetap bangun saat fajar untuk membantu suaminya menyiapkan sahur. Sulaman makan sahur pada pukul 02.00. Umumnya dia menyantap yoghurt dan buah sebagai menu sahur sehari-hari. Setelah menjalankan salat Subuh, Sulaman tidur selama lima jam sebelum bangun dan bersiap berangkat kerja.
Dia mengatakan tetap bekerja seperti biasa dan tidak meminta keringanan karena berpuasa.
Yaman, pemilik restoran kebab di Reykjavik, menyatakan hal serupa. Iman dan ketakwaan membuatnya mampu menjalani puasa panjang tanpa mengeluh.