Orang yang menjadi korban kedengkian biasanya tidak mengetahui, malah terkadang datang dari orang dekat yang sehari-hari bersama.
Oleh karena itu, perbuatan dengki senantiasa diingatkan agar dijauhi. Orang beriman dianjurkan berlindung kepada Tuhan dari sifat dan serangan pendengki.
Dalam waktu yang sama kita juga dituntun berdoa agar terhindar dari sifat pendengki.
Baca: Sang Sopir Sebut Yudi Latif Bersama 4 Anaknya Tinggalkan Rumah Menuju Sukabumi Sejak Jumat Pagi
Begitu juga puasa yang ajaran pokoknya pengendalian diri dan kejujuran sangat mujarab untuk membina jiwa dari terjauh dari sifat dengki.
Mencari-cari, menguliti, dan menebar keburukan orang lain merupakan sikap dan perbuatan yang ringan, semudah membalik telapak tangan, terlebih di era teknologi informasi seperti sekarang ini.
Tepat sekali jika sekarang ini berbagai pihak, baik dari pemerintah maupun ulama, maupun masyarakat sipil menggelorakan gerakan anti-hoaxs.
Berita hoaxs dan fitnah biasanya erat berkaitan dengan ideologi kebencian terhadap orang lain.
Ketidaksukaan cenderung mendorong seseorang berlaku tidak objektif, tidak berimbang, dan tidak adil.
Kebencian merupakan pintu masuk bagi ketidakseimbangan dalam memberikan informasi tentang kepribadian seseorang.
Sehingga sisi-sisi baik orang lain ditutup rapat-rapat, sedangkan sisi-sisi buruk dibuka seluas-luasnya ke publik.
Alquran memperingatkan, "Janganlah sekali-kali ketidaksukaanmu terhadap sesuatu kelompok, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan"(QS. Al-Maidah [5]: 8).
Dalam situasi sosial-politik yang hingar bingar seperti di Indonesia saat ini sejatinya penuh jebakan yang dapat menjerumuskan.
Orang saling berebut kuasa menggunakan banyak cara, sehingga tidak mudah membedakan mana yang fitnah, ghibah, dan tausiah.