TRIBUNNEWS.COM - Jika dibandingkan dengan ibadah lainnya, puasa adalah satu-satunya ibadah yang tidak terlihat secara kasat mata.
Tidak seperti salat, membaca Alquran, zakat, atau haji yang dapat terlihat.
Seseorang yang benar-benar memiliki tekad berpuasa, akan menjalaninya meski memiliki banyak kesempatan untuk makan dan minum tanpa diketahui orang lain.
Oleh karena itu, puasa sangat berperan penting dalam menguatkan tekad atau kehendak seseorang.
Seseorang yang dalam sebulan dapat mengontrol hawa nafsunya dalam hal makan dan berhubungan badan, tentu dapat mengendalikan dirinya dalam menyikapi sejumlah masalah lain.
BACA JUGA: https://ganaislamika.com/puasa-kaum-sufi-4-al-ghazali-dan-aspek-psikologis-puasa/
Misal saja, mengendalikan dirinya untuk sekuat mungkin menghindari ‘uang haram’ seperti korupsi dan menjaga nama baik orang lain dari gibah yang sebagian orang dengan enteng melakukannya tanpa pertimbangan.
Di sisi lain, puasa berdampak menjadikan orang semakin memiliki rasa empati pada orang lain.
Bagaimana tidak, apa yang dirasakan oleh kaum fakir miskin di mana mereka kerap menderita kelaparan dapat dirasakan langsung oleh orang yang berpuasa selama sebulan.
Pengalaman langsung atau ikut merasakan ‘derita lapar’ ini tentunya berbeda dari sekedar mendengar atau melihat orang yang kelaparan.
“Puasa adalah setengah dari sabar,” sabda Rasulullah Saw.
Dalam ayat perintah puasa (QS. Al Baqarah: 183), disebutkan bahwa tujuan puasa ialah meraih ketakwaan.
BACA JUGA: https://ganaislamika.com/cara-berpuasa-muslim-di-kota-kota-sekitar-kutub-utara/
Takwa berarti menjauhkan diri dari dosa. Jika ditelisik lebih jauh, sebagian besar dosa yang dilakukan oleh manusia berakar pada amarah dan syahwat.