TRIBUNNEWS.COM - Siwak yang secara konstan digunakan Nabi Muhammad SAW sejak setelah terbangun, setelah makan, dan sebelum membaca doa ternyata ada dalam berbagai peradaban.
Gana Islamika mengupasnya di tulisan ini
Gigi berlubang atau keropos dan infeksi mulut merupakan masalah kesehatan umum bagi manusia di seluruh dunia.
Karena itu praktek menjaga kebersihan mulut terus menjadi tindakan pencegahan utama terhadap infeksi oral dan penyakit gusi.
Sejarah mencatat, berbagai peradaban di dunia memiliki berbagai macam cara untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi.
Semenjak zaman kuno, sebelum munculnya sikat gigi modern, orang-orang menggunakan beberapa jenis alat pembersih untuk melestarikan giginya.
Beberapa perangkat awal ini termasuk tusuk gigi, sikat ranting, dan jari yang dibungkus kain.
Keberadaan tusuk gigi sudah berlangsung sangat lama, yakni sejak zaman pra-sejarah.
Artefak peninggalannya ditemukan dari hasil penggalian kota kuno Babilonia, tusuk gigi ditemukan bersamaan dengan perlengkapan mandi lainnya.
Di tempat lainnya, hukum Manu dari peradaban kuno Vedic India menetapkan bahwa membersihkan gigi merupakan bagian dari ritual higienis sehari-hari.
Buku-buku kedokteran India kuno, Susruta Samhita dan Charaka Samhita, juga menekankan pentingnya menjaga kebersihan mulut dengan menggunakan stik herbal
Pada abad ke-2 SM, sophist Yunani, Alciphron, merekomendasikan tusuk gigi untuk membersihkan ‘residu berserat’ yang tertinggal di sela gigi apabila setelah makan.
Alciphron menggunakan istilah “karphos”—yang apabila diterjemahkan secara kasar artinya sebagai “pisau penyedot”—yang dideskripsikan sebagai tusuk gigi
Sementara itu orang-orang Romawi menggunakan pohon Damar Wangi (Pistacia lentiscus) sebagai bahan dari tusuk gigi. Di peradaban lainnya, kitab suci Buddhisme menyebutkan bahwa Buddha menerima “tongkat gigi” dari Tuhan yang disebut dengan “Sakka”.