News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ramadan 2019

Mutiara Ramadan: Kebiasaan Membentuk Karakter

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi mengetik surat

Prof Dr Komaruddin Hidayat

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah

DISADARI atau tidak, dalam kehidupan ini banyak sekali ungkapan dan perilaku selalu diulang-ulang yang pada urutannya menimbulkan pola permanen berupa kebiasaan dan selanjutnya kebiasaan akan membentuk karakter seseorang.

Contoh paling mudah diamati tentu saja dalam hal berbahasa.

Tindakan yang berakar pada kebiasaan tak perlu lagi dipikirkan dan dipersiapkan matang-matang karena akan berlangsung hampir secara otomatis layaknya sebuah mesin.

Kita semua pasti punya pengalaman bagaimana sebuah proses kebiasaan terbentuk sekalipun dijalani tanpa disadari atau dipersiapkan.

Misalnya saja pengalaman mengendarai mobil.

Pada awalnya terasa begitu sulit, tegang, dan takut menabrak atau ditabrak.

Tetapi lama-lama setelah dicoba dan dijalani berulangkali, akan terbiasa dan kita bisa mengendarai mobil secara rileks bahkan menyenangkan.

Satu aspek dalam pendidikan sesungguhnya adalah bagaimana membantu anak didik agar membangun kebiasaan yang benar dan baik agar pada urutannya terbentuk karakter dan pribadi yang baik serta terbiasa berpikir benar dan logis.

Dalam pendidikan olahraga apa yang disebut training dan coaching intinya adalah menggali bakat dan membentuk kebiasaan yang benar.

Dalam olahraga golf, sekalipun sudah menjadi pemain kelas dunia tetap diharuskan driving, yaitu latihan memukul bola hampir setiap hari berkisar seribu bola.

Gunanya untuk menjaga ritme, gaya, dan feeling agar kebiasaan yang sudah terbentuk tidak berubah atau rusak ketika bermain sungguhan.

Masalah serius akan muncul ketika seseorang telah terbelenggu dengan kebiasaan buruk, baik cara berpikir, bertutur kata, berprilaku, termasuk dalam hal kebiasaan makan dan minum.

Kebiasaan yang telah terbentuk lama dan kokoh satu sisi membuat seseorang nyaman dan mudah menjalani hidup.

Namun di sisi yang lain kebiasaan bisa menjelma menjadi penjara dan pembunuh.

Contoh paling mudah adalah kebiasaan makan dan minum yang tidak sehat, terlebih lagi yang mengandung alkohol tinggi dan zat adiktif.

Penggunanya tak ubahnya memelihara dan membesarkan musuh yang satu saat akan menyiksa dan membunuh dirinya.

Kita mudah melihat contoh tirani kebiasaan yang ujungnya telah menghancurkan karir hidup seseorang.

Mereka yang biasa mengambil hak orang lain meskipun kelihatannya sepele dan kecil, suatu saat jika kesempatan muncul akan berani melakukan korupsi dalam jumlah besar.

Mereka yang terbiasa berbicara kotor dan merendahkan orang lain, jangan kaget ketika jadi pejabat publik bicaranya seringkali tidak sopan dan menyakiti hati anak buah.

Kebiasaan bisa bermetamorfosis menjadi ideologi ketika berbaur dengan tradisi dan paham keagamaan serta bertemu dengan kalkulasi politik dan ekonomi.

Dalam masyarakat Indonesia yang majemuk ini terdapat puluhan, bahkan ratusan, kebiasaan berupa ritual-ritual adat dan keagamaan yang menurut pandangan orang modern tak lagi cocok.

Misalnya, selama bulan ramadan di kampung saya dulu setelah pukul 01.00 terdengar beduk masjid ditabuh keras-keras sampai pukul 03.00.

Maksudnya untuk membangunkan ibu-ibu agar mempersiapkan makan sahur untuk keluarga.

Kebiasaan ini rasanya tak lagi cocok dipertahankan.

Bagi keluarga yang memiliki jam bisa disetel untuk membangunkan kapan mereka mau.

Perubahan Teknologi

Soal makan sahur, adanya teknologi kulkas dan micr wave, hanya dalam waktu setengah jam semuanya bisa terhidang dalam kondisi segar dan panas.

Jadi, teknologi bisa mengganti kebiasaan memukul bedug di tengah malam untuk membangunkan orang serta menjaga kondisi makanan tetap segar.

Ada seorang teman yang sudah bertahun-tahun menulis naskah menggunakan mesin ketik.

Ketika ditawari komputer, dia merasa tidak familiar karena ketika dicoba malah mengganggu kelancaran dan produktivitasnya.

Lalu kembali lagi menulis menggunakan mesin ketik kuno.

Ada lagi yang lebih antik. Ada seorang penulis sangat produktif yang semua naskahnya ditulis menggunakan pulpen, tulisan tangan.

Setelah jadi baru minta bantuan orang untuk menyalin ke dalam komputer.

Baginya jari-jari tangan bergerak seiring dengan berpikir.

Jika pakai komputer, kreativitasnya terganggu.

Demikianlah, kebiasaan itu bisa membuat pekerjaan efisien, cepat, dan tidak perlu membuat persiapan lama karena syaraf-syaraf tubuh sudah familiar untuk melakukannya.

Dalam era yang serba berubah ini, antara lain berkat kemajuan teknologi, seseorang dituntut untuk memiliki kesediaan dan ketrampilan untuk beradaptasi.

Adaptasi intelektual tidak berarti mudah kompromi secara moral.

Sedemikian pentingnya peranan habit atau kebiasaan sehingga banyak pakar psikologi yang melakukan studi dalam bidang ini.

Seperti Charles Duhigg dalam karyanya The Power of Habit, Why We Do What We Do and How to Change (2012).

Habit memiliki kekuatan untuk menjalani dan meraih sukses hidup, namun habit bisa jadi penjara yang membuat seseorang sulit berubah dan berkembang.

Terlebih habit yang sudah dibalut dan dicampur dengan sentimen kesukuan dan keagamaan, akan sangat sulit untuk berubah atau diubah.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!

Berita Populer

Berita Terkini