Mereka tidak hanya diajarkan shalat, mengaji, dan hadits, tetapi juga dibekali ilmu keterampilan seperti menyablon, desain grafis, serta bermain musik.
Halim berharap anggapan negatif di masyarakat tentang anak punk dan jalanan dapat hilang.
“Lihat tampilannya berbeda, bertato, sudah dicurigai mencuri sandal. Padahal mereka hanya datang untuk merasakan bagaimana kesejukan masjid,” katanya.
“Tapi orang-orang di masjid, yang konon dianggap suci, menganggap mereka sampah. Padahal itu tugas masjid untuk merangkul mereka. Masjid harus menjemput bola.”
Kegiatan Tasawuf Underground di kolong jembatan Layang Tebet berlangsung setiap Jumat dan Sabtu pada pukul 14.00 hingga 17.00 WIB.
(Annas Furqon Hakim)
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Peserta Tasawuf Underground Ini Memilih Hijrah Tanpa Paksaan, dan Tasawuf Underground, Cara Lain Merangkul Anak Jalanan dan Punk,