News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Kecintaan Uthman Taha kepada Alquran, Dedikasikan 40 Tahun Hidupnya untuk Menulis Mushaf

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Uthman Taha sedang menulis Alquran

“Aku juga telah menulis enam Mushaf dalam berbagai varian tekstual, yang didistribusikan di seluruh dunia Islam. Aku pertama kali menulis Warsh, lalu Hafs, dan kemudian Duri untuk Afrika dan Sudan, dan aku menulis Qalun untuk Libya.”

Taha menceritakan, bahwa saat ini banyak kaligrafer Arab Saudi yang sering mengunjunginya di rumahnya.

Mereka datang dari Riyadh, Jeddah, dan Qassim untuk menunjukkan kepadanya apa yang mereka tulis.

“Aku mencoba yang terbaik untuk melatih mereka, tetapi aku tidak punya cukup waktu, karena aku menghabiskan sebagian besar hariku dengan bekerja di King Fahd Complex,” katanya.

“Menulis Mushaf membutuhkan kesiapan dan keinginan, serta pengetahuan yang baik dalam ajaran Alquran,” dia menambahkan, “Seorang kaligrafer yang ingin menulis Mushaf harus memahami keindahan dalam setiap halamannya.”

Taha yang kini memiliki gelar PhD menceritakan, bahwa anak bungsunya, Ahmad, mewarisi bakat artistik dan kaligrafi darinya.

Taha saat ini sedang mengerjakan proyek untuk menulis Alquran pada panel besar setebal 600 halaman yang disimpan di laci yang dibuat khusus untuk naskah Alquran di dalam sebuah ruangan yang dirancang untuk menjaga mereka agar tetap berada dalam kondisi yang sangat baik.

Ilustrasi Nuzulul Quran (EMBUNHATI.COM)

Dalam hidupnya, Taha telah menghabiskan waktu selama 30-40 tahun hanya untuk menulis Alquran.

“Aku telah menulis berbagai versi Alquran, hampir 12 versi. Semuanya ditulis dengan tangan. Dan aku mencintai kaligrafi. Aku tidak peduli jika aku lelah, aku menulis sampai benar-benar lelah. Bahkan terkadang pada saat aku sedang menulis, penaku terjatuh ke lantai (karena saking lelahnya),” kata Taha, dilansir dari Aram TV.

“Tidak ada yang penting di dunia ini selain kaligrafi,” ujarnya dengan khidmat.

Ketika ditanya apakah dia melaksanakan ritual tertentu sebelum menulis? Taha menjawab, “Aku tidak menulis satupun ayat Alquran sebelum berwhudu.”

“Ketika sedang menulis Alquran – sebagai seseorang yang meyakini agama, kehidupan akhirat, dan Allah – Alquran menakutkan, amat sangat, terutama ketika engkau membaca penggambaran surga dan neraka. Ketika menggambarkan surga, aku berharap ayat-ayatnya tidak pernah berakhir. Namun ketika engkau sampai pada (bagian) neraka, tanganku menjadi bergetar, dan aku berkeringat.”

Dia berharap generasi muda akan lebih peduli dengan kaligrafi Arab, dan mengatakan bahwa para pemuda di Saudi tertarik pada seni ini.

“Aku berharap kaligrafi diajarkan di sekolah,” katanya.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini