Oleh karena itu, Alquran mengingatkan, "Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka." (QS. At-Tahrim/ 66: 6).
Memelihara diri dan keluarga dari siksa api neraka artinya menjaga agar kehidupan di dunia ini tidak terjerumus kedalam kerusakan dan kesesatan.
Keteladanan
Ibarat suatu bangunan, ia dapat berdiri kokoh dan tahan dari guncangan gempa jika bangunan itu didirikan dengan landasan atau pondasi yang kuat dan bahan-bahan berkualitas.
Pondasi kehidupan kekeluargaan adalah ajaran agama, disertai kesiapan fisik dan mental calon-calon pemimpin keluarga itu.
Nabi Muhammad SAW menganjurkan agar kualitas dan pengetahuan keagamaan menjadi pertimbangan utama dalam perkawinan dan membangun keluarga di samping kesiapan ekonomi dan edukasi.
Membina keluarga yang baik, sejahtera, dan damai bermulai dari pemenuhan kewajiban-kewajiban, hak-hak, dan peraturan yang disyariatkan oleh Allah kepada ayah, ibu, dan anak-anak.
Kewajiban, hak, dan peraturan tidak lain tujuannya untuk menciptakan keharmonisan dalam hidup berumah tangga yang pada akhirnya menciptakan rasa aman, bahagia dan sejahtera bagi seluruh masyarakat.
Selanjutnya, pada tahap yang lebih teknis sangat ditekankan perlunya keteladanan dari orangtua, suami istri, sebagai figur yang menjadi panutan dalam kehidupan keluarga.
Sejak dini anak-anak mendengarkan perkataan dan mengetahui kebiasaan yang ada di keluarganya terutama prilaku kedua orang tuanya.
Hal ini akan membekas dan secara psikologis menjadi bekal berharga untuk memasuki tahap kehidupan selanjutnya pada usia dewasa.
Hal lain yang sangat penting dalam membina keluarga adalah pendidikan.
Keluarga bertanggung jawab peningkatan potensi anak agar menjadi manusia berkualitas tinggi.
Orang tua tidak berkuasa membuat anaknya baik sebab potensi kebaikan itu sebenarnya justru sudah ada pada si anak secara natural.
Orang tua hanya dapat dan berkewajiban untuk mengarahkan dan mengembangkan potensi primordial pada anak itu sesuai fitrahnya.