Haedar juga menjelaskan pilihan ibadah di rumah sudah berlaku di seluruh dunia Islam.
Masjdil Haram dan Masjid Nabawi saja tidak dipakai jumatan dan tarawih.
“Ingat, Nabi hanya satu kali tarawih di masjid. Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan dalam beragama. Kenapa begitu ngotot tarawih berjamaah harus di masjid dalam suasana saat wabah meluas?" ujarnya.
"Lebih-lebih dalam darurat, mestinya umat Islam mau mengikuti mayoritas pandangan bahwa selama masa pandemi corona ibadah dilakukan di rumah dengan khusyuk dan berjamaah dengan anggota keluarga,” tutur Haedar.
Haedar juga mengatakan bahwa, Allah SWT dan Nabi memberi jalan keluar dari kesulitan atau kedaruratan.
“Ingat bukan hanya diri orang perorang, wabah ini sudah massal dan menjadi pandemi. Bukankah Nabi mengingatkan La dharara wa la dhirara, jangan berbuat yang menyebabkan kerusakan untuk diri sendiri dan bagi orang lain," ujarnya.
Haedar meminta agar dalam situasi darurat wabah global ini, umat Islam tidak beragama dengan maunya sendiri-sendiri.
"Ikutilah pendapat mayoritas yang dasarnya kuat dari Al-Quran dan As-Sunnah serta konteks situasi darurat umat manusia sedunia yang tengah dihadapi,” ungkap Haedar.
(Tribunnews.com/Wahyu Gilang P)