TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masjid Cut Meutia memiliki arsitektur khas Belanda. Bangunan tak seperti masjid pada umumnya. Memiliki nilai sejarah panjang karena dulunya milik kolonial Belanda.
Ada dua gerbang masuk masjid yang posisinya bertolak belakang sehingga memudahkan pengunjung dalam memilih rute menuju masjid.
Kaligrafi Arab menghiasi dinding-dinding masjid. Suasana saat sore hari begitu syahdu.
Seorang wanita tua tengah bersujud di atas karpet merah masjid.
Sosok pria tengah rebahan menanti waktu berbuka puasa.
Baca: Inilah Kandungan Alpukat, Bermanfaat Kurangi Risiko Diabetes hingga Turunkan Berat Badan
Burung-burung hinggap di dinding masjid. Saling berkicau di tengah keheningan.
Bangunan Masjid Cut Meutia memang tak biasa.
Tapi justru menyisakan sejarah panjang perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Ketua Remaja Islam Masjid Cut Meutia (RICMA), Muhammad Husein menerangkan, bangunan juga berkali-kali berubah fungsi menjadi kantor urusan perumahan, kantor urusan agama hingga Sekretariat Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).
Baca: BMKG: Peringatan Dini Cuaca Ekstrem, Minggu 18 Mei 2020, 17 Wilayah Hujan Lebat, Petir, dan Angin
"Sebetulnya gedung itu sempat mau dirobohkan. Tapi Jenderal AH (Abdul Haris) Nasution sangat berjasa mempertahankan Gedung Cut Meutia," ujar Husein kepada Tribun Network.
Masjid Cut Meutia dulunya digunakan sebagai kantor pos milik Belanda, Kantor Jawatan Kereta Api Belanda, dan Kantor Angkatan Laut Jepang.
Baca: Ayah dan Anak di Jepang Tewas Terbakar di Rumahnya, Diduga Bunuh Diri
Setelah berkali-kali berubah fungsi, sempat ada wacana untuk merobohkannya.
Namun batal lantaran Jenderal AH Nasution mengusulkan untuk mengubah fungsi gedung menjadi tempat ibadah.
"Almarhum Jenderal sangat mempertahankan. Waktu itu beliau termasuk dalam pergerakan pemuda masjid. Meski waktu itu belum ada Masjid Cut Meutia," imbuh Husein.