Nilai ketakwaan adalah muara dari segala amal soleh dan amal ibadah yang kita lakukan.
Ketakwaan yang kita bina hendaknya memancar bukan saja untuk diri pribadi kita, namun juga untuk masyarakat dan lingkungan kita.
Keadaan yang ada dihadapan kita, adalah medan yang harus kita tempuh.
Besarnya cobaan dan rintangan akan menjadikan kita sebagai hamba-hamba Allah yang teruji.
Apakah akan menjadikan kita naik kelas, atau tinggal kelas tergantung dari kita dalam menyikapinya.
Selanjutnya hikmah terbesar dari perayaan Hari Raya Idul Fitri ialah tumbuhnya sikap bersilaturrahmi dengan sesama, saling memaafkan satu dengan yang lain.
Ini termasuk akhlak yang paling mulia sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Barang siapa ingin diluaskan rizkinya, dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menyambungkan silaturahmi."
Selain bersilaturahmi, memberi maaf kepada orang lain juga termasuk akhlak yang mulia.
Maka hendaknya kita menjadi orang yang berjiwa besar untuk mau meminta maaf atau memberi maaf kepada orang lain sebagaimana firman Allah SWT dalam surah al-A’raf ayat 199:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
Artinya: "Jadilah engkau pemaaf dan serulah orang-orang mengerjakan yang makruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh."
Firman tersebut maknanya adalah engkau harus memaafkan orang yang mendzalimimu.
Engkau harus memberi kepada orang yang kikir kepadamu dan engkau harus menjalin hubungan dengan siapapun yang memutuskan hubungan denganmu.