News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ramadan 2021

Masjid Jami Al-Ma’mur Cikini, Dibangun Tahun 1890 dan Cerita tentang Pengkhianatan Kolonial Belanda

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masjid Jami Al-Makmur Cikini

Tokoh-tokoh nasional seperti HOS Tjokroaminoto, Agus Salim, KH. Mas Manshur dan lainnya bergabung bersama masyarakat untuk mempertahankan bangunan Masjid Al-Ma’mur.

“Tanah ini adalah tanah yang sudah diwakafkan Raden Saleh,” tegasnya.

“Atas perjuangan beliau-beliau, akhirnya kita dibuatkan sertifikat. Itu sejarahnya daripada tanah ini,” ujarnya.

Setelah pertentangan mereda, pada 1926 masyarakat Cikini Binatu bahu membahu melakukan pemugaran bangunan masjid.

Mereka mengumpulkan segenggam beras untuk kemudian dijual yang mana uang hasil penjualan beras lalu dikumpulkan untuk membiayai pemugaran.

Setelah beberapa kali mengalami pemugaran, Masjid Al-ma’mur lalu diresmikan oleh Agus Salim pada 1932.

Pada tahun 1962, bagian depan masjid diperlebar dengan bentuk menyerupai bangunan asli Masjid Al-Ma’mur yang lama.

Masjid ini memiliki sekitar 7 pintu utama, dengan 10 jendela yang kesemuanya asli memakai kayu jati dan dapat menampung 600 hingga 700 jamaah.

Syahlani bercerita, dari Menara Masjid, dulu orang bisa melihat Monas secara langsung hingga lapangan IKADA tempat Presiden Soekarno berpidato, karena belum banyak gedung tinggi.

Menara Masjid digunakan muadzin untuk mengumandangkan adzan jika masuk waktu shalat tanpa pengeras suara.

“Dulu speaker belum ada. Jadi (muadzin) teriak langsung memakai corong kaleng agar sampai kedengaran di kampung-kampung,” ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini