Awal berdiri, pusat kegiatan santri berada di masjid yang kini menjadi Masjid Jami Attaqwa Pusat. Selain mendapatkan ilmu agama, para santri kala itu diajak turut berjuang melawan kolonial.
KH Noer Ali merupakan pahlawan nasional, sosoknya dijuluki sebagai Betul Putih, Singa Karawang Bekasi.
Di masa perjuangan kemerdekaan, KH Noer Ali aktif sebagai pemimpin Laskar Hizbullah yang berperang melawan tentara sekutu.
Tidak jarang, para santrinya dilibatkan dalam perjuangan kemerdekaan. Selepas Indonesia merdeka, barulah beliau fokus ke pondok pesantren dan berdakwa.
Pada tahun 1955, KH Noer Ali mendirikan Yayasan Pembangunan, Pemeliharaan dan Pertolongan Islam (YP3I).
Yayasan ini merupakan cikal bakal dari Yayasan Attaqwa yang hingga kini menaungi Pondok Pesantren Attaqwa Putra/Putri Pusat dan sejumlah sekolah cabang.
"Tiga puluh tahun kemudian tepatnya tanggal 17 Desember 1986 yayan ini diganti nama menjadi Yayasan Attaqwa," ucapnya.
Attaqwa terus berkembang, hingga sekarang tercatat sebanyak 149 lemabaga pendidikan di bawah naungan Yayasan Attaqwa dari TK sampai perguruan tinggi.
Anis menjelaskan, Pondok Pesantren Attaqwa terdiri dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA).
Jumlah Satri Pondok Pesantren Attaqwa Putra saat ini sebanyak 1.601 jiwa, masing-masing terdiri dari 1.009 santri MA dan 592 santri MTs.
"Kurikulum sekolah terdiri dari kurikulum khas Attaqwa 50 persen dan kurikulum departemen agama 50 persen," paparnya.
Dia menjelaskan, terdapat program unggul yang dimiliki Pondok Pesantren Attaqwa, diantaranya Tahsin Al-Quran metodologi Yanbua untuk mahir mbaca Al-Quran.
"Lalu ada namanya Kemasyarakatan atau Ma'hadiyah, tujuan mendidik santri agar menjadi imam salat, memimpin tahlil, maulid, MC acara dan lain-lain," ucapnya.
Selain itu, ada pula program unggulan berupa leadership dan keorganisasian berupa, kegiatan pleno PPA (Osis), kepramukaan, kepanitiaan dan lain-lain.