Pada rentang waktu itulah kita dianjurkan untuk lebih sungguh-sungguh beribadah supaya dipertemukan dengan satu malam yang disebut Lailatul Qadar.
Yakni satu malam yang keutamaannya lebih baik daripada 1000 bulan, atau 83 tahun.
Sangat wajar apabila kita ingin berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabul khairat) untuk menyongsong Lailatul Qadar.
Alasannya sederhana bahwa jatah umur dan kesempatan hidup kita di dunia belum tentu sampai 83 tahun. Sementara dalam Surat al-Qadar ayat 3 dinyatakan bahwa,
لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ
Malam kemuliaan (Lailatul Qadar) itu lebih baik daripada seribu bulan.
Dengan pertimbangan itulah ummat Islam di mana tempatnya sangat menantikan Lailatul Qadar.
Hanya saja, bulan Ramadan tahun ini kita masih dalam suasana pandemi Covid-19.
Kalau dalam kondisi normal kita dapat melakukan i’tikaf di masjid, maka dalam situasi seperti ini, kita tidak bisa leluasa seperti biasa.
Apabila pada dua tahun sebelumnya kita boleh berbondong-bondong dan menghabiskan waktu beribadah di dalam masjid, untuk Ramadan tahun ini kita dibatasi dan wajib menjaga jarak sesuai protokol kesehatan.
Akan tetapi di balik kondisi seperti sekarang ini, kita justru harus banyak-banyak menyelipkan doa menyambut Lailatul Qadar; baik di masjid maupun mushalla sekalipun waktunya terbatas, di rumah kita, di tempat kerja dan usaha kita, maupun dalam keterbatasan ruang gerak kita untuk beribadah kepada Allah Swt.
Semoga virus Corona cepat lenyap, musibah pandemi ini cepat berlalu dan situasi normal nyata-nyata terjadi di bumi ini, agar kita dapat beribadah dan berjamaah secara khusu’.
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah
Malam yang disebut Lailatul Qadar bukanlah malam perayaan yang untuk dirayakan.