Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --Makanan yang digoreng seperti tahu goreng, tempe goreng, pisang goreng selalu tampak menggiurkan. Rasanya yang renyah, gurih dan mudah dibuat.
Di bulan Ramadhan ini gorengan jadi menu andalan berbuka puasa.
Namun tentu mengkomsumsi terlalu banyak gorengan akan berdampak buruk pada kesehatan.
Ahli Gizi UNAIR Lailatul Muniroh SKM Mkes mengatakan, ada cara mengkonsumsi gorengan yang aman dan sehat.
Baca juga: Kisah Pelajar dan Mahasiswa Ikut Aksi 11 April: Demo Harga Minyak, Demi Orangtua Jualan Gorengan
Baca juga: Harga Minyak Goreng Naik, Harga Gorengan Naik Jadi Rp 2.000 dari Sebelumnya Rp 1.000
Yaitu, memperhatikan rentang waktu dan jumlah konsumsinya.
Saat berbuka puasa tubuh memerlukan cairan, untuk itu disarankan mengkomsumsi minuman dan karbohidrat sederhana untuk meningkatkan kadar glukosa tubuh.
“Gorengan dapat dikonsumsi setelahnya, dalam jumlah tidak berlebihan, cukup satu sampai dua saja, dan itupun tidak setiap hari,’’ tutur dosen gizi unair ini.
Kemudian, komsumsi sayuran dan buah yang berserat tinggi agar dapat menghambat penyerapan lemak.
Apalagi gorengan yang mengandung tepung bersifat menyerap minyak. Artinya cenderung mengandung banyak lemak.
Sementara tubuh memerlukan lemak yang baik. Misalnya yang berasal dari omega 3 dan omega 6. Lail pun menyebut beberapa contoh makanan yang mengandung lemak baik.
“Seperti halnya ikan salmon, tuna, alpukat, kacang-kacangan, minyak zaitun, telur, keju, dan yoghurt. Selama dikonsumsi sesuai kebutuhan, maka akan berdampak baik untuk kesehatan,’’ imbuhnya.
Selanjutnya, jika terlalu sering mengkonsumsi gorengan dapat membahayakan kesehatan.
Apalagi jika kualitas minyaknya sudah terpakai berulang kali sehingga warnanya coklat kehitaman.
Pada prosesnya pemakaian minyak yang berulang atau minyak jelantah. Lemaknya akan berubah menjadi lemak trans dari lemak jenuh.
Proses tersebut mengubah struktur kimia lemak, sehingga lebih sulit dicerna.
“Minyak juga mengalami oksidasi dan membentuk radikal bebas yang dapat meningkatkan risiko penyakit seperti jantung, stroke, kanker, diabetes mellitus tipe 2, serta obesitas,’’ paparnya.