Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin mengatakan moderasi beragama dan toleransi adalah kunci untuk merawat kerukunan.
Bulan Ramadan, kata Ma'ruf, menjadi momentum yang tepat untuk memperkuat persatuan di tengah keberagaman.
"Moderasi dan toleransi beragama menjadi kunci terciptanya kerukunan," ujar Ma'ruf Amin dalam sambutannya yang disampaikan melalui konferensi video pada acara Peringatan Nuzulul Qur’an, 17 Ramadan 1444 H atau bertepatan dengan Jumat (7/4/2023) malam.
Menurut Ma'ruf, dalam menjaga persatuan diperlukan pengelolaan moderasi beragama sebagai fondasi.
Baca juga: Amalan Khataman Al-Quran pada Peringatan Malam Nuzulul Quran 17 Ramadhan
Elemen ini, menurut Ma'ruf, sangat penting dalam membangun konsensus kesatuan bangsa.
"Manajemen moderasi beragama merupakan instrumen penting dalam mencegah konflik, membangun konsensus, serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa," jelas Ma'ruf.
"Kerukunan umat adalah fondasi bagi persatuan dan kedamaian bangsa kita," tambah Ma'ruf.
Pada acara dengan tema Momentum Merawat Kerukunan Umat ini, Ma'ruf menaruh harapan kepada masyarakat agar dapat terus meningkatkan kontribusi dalam menebar kedamaian antarsesama.
"Saya berharap umat Islam Indonesia dapat menjaga praktik kerukunan yang sudah baik ini, dan diharapkan berkontribusi lebih banyak lagi dalam mewujudkan dunia yang damai," ucap Ma'ruf.
Dirinya mengucapkan selamat memperingati Nuzulul Qur’an dan mengajak masyarakat untuk terus menjaga dan merawat kerukunan bersama.
Baca juga: Apakah Malam Nuzulul Quran Sama dengan Malam Lailatul Qadar? Ini Penjelasannya
"Saya mengajak kita semua untuk tidak letih merawat kerukunan umat, dan berkarya demi Indonesia. Selamat memperingati Nuzulul Qur’an. Selamat melanjutkan ibadah di bulan suci Ramadan," pungkas Ma'ruf.
Hadir pada Peringatan Malam Nuzulul Quran tersebut, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Menteri Pariwisata Sandiaga Uno, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid, dan Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Nasaruddin Umar.