Wujud terima kasih dan rasa syukur atas turunya Al-Qur’an ini harus direalisaikan dalam kehidupan umat Islam sehari hari.
Adapun realisasi dalam kehidupan yaitu dengan perlakuan yang sebaik-baiknya dan sungguh-sungguh, baik dalam membaca, memahami makna,mengamalkan isinya.
Kemudian mengajarkan dan mendakwahkan isi kandungan Al-Qur’an, dengan harapan kelak di hari kiamat mendapat syafa’atnya.
Sebagaimana hadist Nabi Muhammad SAW yang artinya:
“Bacalah Al Qur’an, karena ia pada harikiamat nanti akan datang untuk memberikan syafaat (pertolongan) kepada para pembacanya” (HR. Muslim).
Begitu besarnya fadhilah membaca Al-Qur’an bagi para pembacanya.
Terlebih lagi pada bulan ramadan, bulan yang dipilih oleh Allah menjadi bulan diturunkanya ayat pertama Al Qur’an, ibadah yang sangat dianjurkan adalah memperbanyak membaca Al-Qur’an, di samping memperbanyak melakukan kebaikan yang lainnya.
Dalam hadist yang lain Rasulullah menjelaskan: “Seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya ibarat buah jeruk manis, rasanya enak dan baunya harum.
Sedangkan, orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an tetapi mengamalkan isinya, ibarat buah kurma, rasanya enak dan manis tetapi tidak ada baunya.
Adapun perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an maka ibarat minyak wangi, baunya harum tetapi rasanya pahit.
Sedangkan, orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an ibarat buah kamarongan, rasanya pahit dan baunya busuk” (Hadist Shahih riwayat al Bukhari, Muslim, Al Tirmidzi, Abu Dawud, Al Nasai, Ibnu Majah, Al Darimi dan Ahmad).
Allah sangat memuliakan orang-orang yang membaca Al-Qur’an dan Allah mengakuinya sebagai Ahlullah (keluarga Allah) di dunia.
Allah juga memberi kedudukan yang sangat mulia kepada para penghafal Al-Qur’an, sebagaimana hadist riwayat Abu Hurairah r.a: “Barang siapa berharap bisa bertemu dengan Allah maka hendaknya menghormati keluarga Allah”
Seseorang bertanya Ya Rasul Allah, apakah Allah Azza wa Jalla mempunyai keluarga?