Saat itu bertepatan dengan malam hiburan dalam rangkaian acara Lingga Fishing Festival yang digelar sejak Jumat hingga Sabtu (14-16/10/2011).
"Ini malam penutupan," ujar seorang warga yang ditemui Tribun.
Menurut keterangan warga, kebanyakan orang itu adalah para pendatang yang ingin meramaikan kegiatan tersebut. Ketika acara sudah selesai, mereka pun akan meninggalkan pulau ini.
Sedangkan warga pulau Berhala sendiri hanya sekitar 40 kepala keluarga dengan penduduk 100-an jiwa lebih. Mereka menempati sisi timur dari pulau yang memiliki luas 47.990 meter persegi.
Pulau ini merupakan pusat administrasi pemerintahan tingkat desa dengan seorang kepala desa yang bernama Encik Syarif.
Selain kantor desa, di sini terdapat sebuah Puskesmas Pembatu yang siap melayani warga, satu bangunan masjid, satu bangunan koperasi, dan gedung sekolah dasar serta sekolah menengah pertama (SMP). Kedua sekolah ini menempati gedung berdampingan dengan delapan lokal.
"Semua pembangunan ini dari Pemerintah Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri. Rumah-rumah warga pun sebagian besar adalah bantuan dari pemerintah. Yang ditempati warga hanya di bagian timur ini saja," kata Encik Syarif.
Menurutnya, pembangunan itu sudah dilakukan sejak 2002 saat Berhala masih di bawah Pemerintahan Kabupaten Kepulauan Riau, Propinsi Riau.
Di pulau ini, ada bebukitan dengan berbagai jenis pepohonan nan hijau. Bukit itu sering kali menjadi petunjuk bagi pelayar yang melintasi daerah laut sekitarnya.
Sementara warga yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan tidak mengekspolitasi hutan itu. Mereka hanya mengambil kayu-kayu dari hutan sesuai dengan kebutuhan saja.
“Ikan di sini banyak. Karena itu pula Lingga Fishing Festival diselenggarakan di sini. Tapi memang, kondisi angin lagi kurang baik. Laut dan pantai di sini memang indah dan banyak ikannya,” kata Encik lagi.