TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Fraksi PKB DPR RI Marwan Ja'far mengkaitkan masalah Freeport dengan gejolak yang terjadi di Papua belakangan ini. "Kasus Papua dan Freeport sepertinya selalu terkait," kata Marwan dalam rilisnya, Kamis (3/11/2011).
Dikatakan gejolak yang terjadi di Freeport akan 'membakar' Papua. "Mengaitkan dua hal ini memang tidak bisa dipersalahkan," kata Marwan.
Menurutnya ini bisa disebabkan dua hal. Pertama, Papua adalah daerah yang 'peka' terjadinya gejolak. "Kekayaan alamnya yang besar membuat rakyat Papua mudah merasa terasingkan bila terjadi hal-hal yang menyinggung mereka," kata Marwan.
Kedua, lanjut dia, kehadiran Freeport yang sedari awal memang 'kasuistik" menambah makin sensitifnya rakyat Papua. "Selama ini kehadiran Freeport belum dirasakan oleh seluruh rakyat Papua. Ini bukan berarti Freeport tidak memberikan dana bagi hasilnya pada pemerintah RI, tetapi pemerataan manfaat belum diwujudkan," katanya.
Marwan menilai banyak 'pemain' yang memanfaatkan manfaat tersebut. "Ada komprador yang memainkan,peranan secara misterius yang akibatnya terjadi 'penumpukan' manfaat pada segelintir orang," ujarnya.
Dia mencontohkan seperti halnya ribut soal dana keamanan dimana hal ini makin menimbulkan tanda tanya bagi rakyat. "Bukankah dana untuk kepolisian menurut UU diambil dari APBN,dan bukan dari Freeport?" ujarnya.
PT Freeport Indonesia merupakan perusahaan pertambangan yang mayoritas sahamnya dimiliki Freeport Copper and Gold Inc. Ini adalah perusahaan tambang asal Amerika Serikat, dimana perusahaan ini dikenal sebagai perusahaan penghasil emas terbesar di dunia. Freeport Indonesia belakangan ini diprotes sebagian karyawannya karena gaji dan tunjangan yang nilainya dianggap sangat kecil.