LAPORAN WARTAWAN TRIBUN TIMUR
TRIBUNNEWS.COM, MAMUJU - Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Sulawesi Selatan (Sulsel) Syahrul Yasin Limpo mengaku tak gentar dengan ancaman pengurus Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sulsel yang menggalang koalisi untuk mengusung calon sendiri di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulsel 2013 mendatang.
"Bagi saya pribadi, PAN dan PKS bukanlah ancaman yang menakutkan dalam pilgub Sulsel," kata Syahrul yang juga Gubernur Sulsel saat ditemui usai menghadiri pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur (Wagub) Sulbar Anwar Adnan Saleh-Aladin S Mengga di Mamuju, Rabu (14/12/2011).
Syahrul mengaku sudah berpengalaman menghadapi pemilihan langsung di pilkada. Syahrul bahkan mempersilakan Ketua DPW PAN Sulsel Ashabul Kahfi dan Ketua DPW PKS Sulsel Akmal Pasluddin untuk berkoalisi di pilgub.
"Mereka memiliki hak untuk menentukan maju atau tidaknya serta menentukan siapa figur yang akan didukung kelak. Yang jelas kami menanggapi biasa saja soal keinginan keduanya berpasangan untuk maju,"ujar Syahrul.
Sebelumnya, Kafhi yang sempat melakukan sosialisasi sebagai bakal calon wagub memutuskan untuk menggalang dukungan dengan sejumlah partai berbasis Islam seperti PKS.
Hal tersebut dilakukan setelah elite DPD I Golkar Sulsel menyatakan calon pendamping Syahrul di pilgub harus kader partai berlambang pohon beringin ini.
Sedangkan adik kandung Syahrul, Irman Yasin Limpo, justru menyebut pendamping Syahrul nanti bukan dari kalalngan politisi.
Namun Syahrul membantah soal calon pendampingnya dari birokrat. "Saya tidak pernah memberikan pernyataan soal pendamping saya nanti datang dari kalangan birokrat," ujar Ketua Asosiasi Pemerintahan Provinsi Indonesia ini. .
Jalin Komunikasi
Meski mempersilakan PAN "pergi", Syahrul mengaku tetap menjalin komunikasi dengan partai di luar Golkar dan PAN.
Namun Bupati Gowa dua periode ini enggan menyebutkan partai apa saja yang akan diajaknya untuk berkoalisi.
"Komunikasi dengan pengurus partai lain tetap ada. Soal itu nantilah kita bahas,"lanjutnya. Di DPRD Sulsel, Golkar meraih kursi terbanyak meski tidak lagi mayoritas.
PAN bersama PDIP, PDK, dan PDS adalah partai pengusung Syahrul-Agus Arifin Nu'mang di Pilgub 2007.
Kahfi siap menggalang dukungan partai-partai untuk mengusung paket sendiri di luar Syahrul Yasin Limpo dan Ketua DPD Partai Demokrat Sulsel Ilham Arief Sirajuddin.
Bila PAN-Berkoalisi, maka sudah cukup untuk mengusung kandidat sendiri di pilgub karena masing- masing memiliki tujuh kursi sehingga koalisi ini memiliki 14 kursi.
Syahrul mengatakan, dia masih mempelajari serta mengevaluasi sejumlah figur yang akan dipilihnya sebagai wakil untuk bertarung dengan Ketua DPD Partai Demokrat Sulsel Ilham Arif Sirajuddin yang diperkirakan akan berpasangan dengan anggota DPD RI Aziz Qahhar Mudzakkar.
"Baik dari kalangan politisi maupun dari birokrat, saya belum bisa menentukan hari ini siapa yang akan saya pilih, yang jelas penilaiannya nanti berdasarkan hasil survei internal partai. Sejauhmana elaktabilitas dan kepopularitasannya selama ini,"kata orang nomor satu di Sulsel ini.
Partai Pengekor
Sekertaris Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PAN Buhari Qahhar Mudzakkar menyatakan PAN tidak takut berhadapan dengan Syahrul di pilgub.
"Artinya SYL (Syahrul) sudah tidak memerlukan lagi PAN. Ya, PAN tidak ada juga artinya kalau jadi partai pengekor SYL. Konstituen juga dari 24 DPD PAN se- Sulsel menginginkan PAN jangan jadi partai pengekor. Apalagi kalau SYL tetap pada status quo. Sekarang lebih baik kita jalan sendiri, tinggalkan SYL," kata Buhari kepada Tribun.
"Kita berharap PKS, PPP, PKB, dan partai lain mengerti semua ini serta tetap bersama mewujudkan kekuatan baru di Sulsel. Dalam setiap pilkada kita harus yakin menang. SYL bukan berarti tidak bisa dikalahkan," lanjut ketua Kerukunan Keluarga Luwu Raya (KKL) ini.
Calon Boneka
Menanggapi rencana PAN untuk menggalang poros baru, Ketua DPW PKS Akmal Pasluddin mengatakan tetap terbuka kepada PAN. "Semua bisa terjadi, kita akan membangun koalisi dengan PAN dan semua partai kecuali partai yang mengatakan dirinya sudah kuat sendiri dan bisa menang sendiri, jadi kita terbuka dengan PAN," kata Akmal.
"Yang perlu juga diketahui bahwa PKS sudah belajar dari pilgub lalu (2007). PKS tidak akan menjadi partai yang didorong-dorong untuk membendung kekuatan lain atau hanya pemecah suara, koalisi PKS nantinya tidak akan jadi boneka politik. Kita sudah tahu manuver politik seperti itu, jadi kita terbuka dengan PAN, Demokrat, dan partai lainnya kecuali yang saya maksud tadi," tambah Akmal.
Sementara elite Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Dan Pongtasik kembali menegaskan, PDIP Sulsel juga belum bersikap untuk tetap mengusung Syahrul.
Menurut legislator PDIP DPRD Sulsel ini, PDIP Sulsel masih menunggu aspirasi kader PDIP dari tingkat bawah
"Kalau pribadi kader mendukung Pak Ilham, ya boleh saja, itu aspirasi mereka, kan semua itu nanti kita himpun kemana mau mereka," kata Dan.
Dukung PAN
Isyarat PAN meninggalkan SYL langsung mendapat respons dari Partai Demokrat. Partai yang hampir pasti mengusung Ketua DPD Demokrat Sulsel, Ilham Arief Sirajuddin sebagai calon gubernur, secara khusus mendekati PAN, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk penjajakan koalisi besar.
Hal ini dismpaikan Wakil Ketua DPD Demokrat Sulsel, Andry Arief Bulu. Wakil Ketua DPRD Sulsel ini mengklaim bila peluang berkoalisi dengan PAN, PKS, sangat terbuka lebar. Alasannya, dua partai berbasis Islam tersebut memiliki visi-misi yang sama membangun Sulsel.
"Saya sudah intens bertemu dengan Pak Akmal Pasluddin (Ketua DPW PKS Sulsel), dan Pak Ashabul Kahfi (Ketua DPW PAN). Intinya, kami punya kesepahaman di pilgub," kata Andry kepada wartawan.
Terkait wacana itu, Demokrat menganggap hal yang wajar menjelang tahapan pilgub. Apalagi, PAN dan PKS memenuhi syarat bisa mengusung satu pasangan, bila berkoalisi. Hanya saja, Andry masih optimistis bisa menggalang kekuatan tersebut untuk bersama-sama memenangkan Ilham Arief Sirajuddin.
"Soal PAN dan PKS mendorong kadernya saya kira itu baik. Tapi saya melihat dua partai ini tetap melihat dinamika kedepannya. Sehingga, bisa saja kadernya tidak maju, namun berkoalisi bersama Demokrat pasalnya PAN, PKS, Demokrat punya benang merah yang cukup di tingkat nasional, kami, Ustadz Kahfi dan Ustadz Akmal sudah sering mendiskusikan itu," jelas Andry. (cr6/rud/sur)