Laporan Wartawan Tribun Jogja
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Semangat pantang menyerah. Setidaknya kalimat itulah yang menggambarkan tekad dari Tim Teknisi Esemka menyikapi kegagalan mobil Esemka saat menjalani uji emisi. Teknisi Mobil Esemka, Budhi Martono mengaku tidak patah arang dan bisa menerima dengan lapang dada hasil uji emisi dari Kementerian Perhubungan. Hasil negatif tersebut justru melecut semangat timnya untuk terus melakukan perbaikan pada mobil fenomenal tersebut.
Menurut dia, timnya tidak akan berhenti berkreasi dan berencana akan menambah perangkat yang berfungsi untuk meminimalisasi kadar gas berbahaya pada mobil Esemka. "Pada intinya mesin tidak ada masalah. Dengan emisi yang melebihi ambang batas, maka harus dicari cara untuk meminimalisasi gas berbahaya ini," katanya saat dihubungi wartawan, Kamis (01/03/2012).
Satu opsi yang mungkin bisa dilakukan tim teknisi yakni dengan memasang Cataystic Converter pada sistem pembuangan gas mobil Esemka. "Kenapa kami tidak memasangnya di mobil Esemka? karena harganya mahal, mencapai Rp 12 juta per unit," ujarnya. Harga tersebut dikhawatirkan dapat melambungkan harga jual mobil yang direncanakan berkisar Rp 95 juta.
Alat tersebut berfungsi untuk memecah karbon dan timbal yang diproduksi tiap putaran mesin. Pecahan tersebut menghasilkan senyawa oksigen yang mampu mereduksi kandungan karbon monoksida. Sehingga, dengan pemasangan perangkat tersebut, jelasnya, gas buang yang dihasilkan bisa tereduksi hingga 50 persen.
Namun, perlu perhitungan dari segi bisnis jika nantinya saat diproduksi secara massal alat tersebut dipasangkan pada mobil. "Tanpa Catalystic Converter, harganya Rp 95 juta. Jika ditambah peralatan itu maka harga jualnya bisa menyentuh Rp 100 juta lebih. Ini yang perlu diperhitungkan," lanjutnya. Namun, dari segi teknis, penambahan alat tersebut efektif mereduksi emisi gas buang.
Direktur Pengembangan Operasional Solo Technopark (STP) Gampang Sarwono menilai hasil uji emisi tersebut sebagai suatu hal yang wajar. Hal ini dikarenakan, mesin mobil terlanjur diforsir bekerja tanpa henti menempuh perjalanan dari Solo menuju Jakarta sebelum menjalani uji emisi. Dirinya memprediksi, proses perbaikan mobil esemka membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua pekan.
Gampang juga memungkinkan kegagalan tersebut disebabkan karena penggantian bahan bakar dari Pertamax dengan Pertamax Plus. Saat perjalanan menuju Jakarta, mobil Esemka menggunakan bahan bakar Pertamax. Namun, saat pengujian diminta untuk menggantinya dengan Pertamax Plus. (ade)