Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Hendra Elfivanias
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU- Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tingkat SMA/MA/SMALB dan SMK di Provinsi Riau diwarnai dengan temuan sejumlah carikan kertas yang diduga berisi kunci jawaban. CariKkan tersebut ditemukan disela-sela peninjauan UN oleh Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Riau, HM Wardan MP di SMA Handayani Pekanbaru, Senin (16/4/2012).
Carikkan kertas yang diduga berisi kunci jawaban UN tersebut pertamakali ditemukan Tribun tergeletak di samping sekolah yang biasa menjadi tempat parkir sepedamotor di SMA tersebut. Setelah wartawan menelusuri sejumlah sudut sekolah, ditemukan belasan carikan kertas dengan isi yang dicurigai kunci jawaban UN.
Berdasarkan penelusuran wartawan, selain di areal parkir, beberapa carikan kertas itu ditemukan di parit, lapangan basket, di sekitar jendela kelas, tong sampah dan bangku halaman. Lebih mencurigakan lagi, carikan kertas tersebut terbagi menjadi lima kelompok jawaban. Yaitu, paket A12, D48, E51, B75, C87. Berdasarkan keterangan Disdik, naskah UN tingkat SMA tahun 2012 ini juga terdiri atas lima paket yang isi masing-masingnya berbeda.
Temuan ini sempat disampaikan kepada Kepala SMA Handayani Pekanbaru, Dasri SPd MM. Ia mengaku tidak tahu terkait temuan carikan kertas yang dicurigai berisi kunci jawaban UN tersebut. Apalagi, guru pengawas di kelas pun tidak ada yang memberi informasi terkait adanya kecurangan saat ujian berlangsung.
Dasri juga menegaskan, bahwa sebelum masuk ke ruang ujian, seluruh siswa sudah diperiksa terlebih dahulu oleh guru pengawas. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan siswa bersih dari benda-benda yang berpotensi memudahkan pencurangan. Misalnya, ponsel dan kertas diluar naskah soal dan lembar jawaban komputer UN.
Tak hanya itu, seluruh siswa yang keluar ruangan saat ujian masih berlangsung pun mendapat pengawas ketat dari panitia. "Itupun dari pantauan kami tidak banyak yang izin keluar," paparnya. Meskipun demikian, Dasri berjanji akan memperketat pengawasan di ujian hari kedua agar kecurigaan ini tak muncul kembali.
Sebelumnya, seorang peserta UN dari SMA Handayani, Willy menampik adanya bocoran jawaban soal. Menurut dia, tidak ada contekan selama ujian berlangsung. Ia juga mengaku pelaksanaan ujian di hari pertama tersebut berlangsung lancar. Namun, ia menilai soal mata ujian Bahasa Indonesia yang mereka kerjakan di hari pertama tersebut cukup sulit. "Soal-soalnya sulit dibandingkan tryout," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Disdik Riau, HM Wardan MP mengaku belum ada menerima laporan terkait dugaan kecurangan dalam UN hari pertama kemarin. Dia juga menegaskan bahwa pemerintah tidak dapat mentolerir setiap kecurangan. Bahkan, jika ada yang melapor secara resmi ke Disdik lengkap dengan identitas pelaku kecurangan, ia tak sungkan mengambil tindakan tegas.
"Jika memang ada yang terbukti berbuat curang, tak ada ampun lagi," ujarnya.
Menurut Wardan, sejak awal pihaknya sudah berupaya keras agar pelaksanaan UN tahun ini berjalan jujur dan aman. Hal ini dibuktikan dengan pemberlakuan pengawasan yang sangat ketat mulai soal didistribusikan dari percetakan sampai ke masing-masing sekolah penyelenggara. Tak tanggung-tanggung, untuk menjamin keamanan soal, pihaknya bekerjasama dengan polisi dan perguruan tinggi.
Pengawas ruangan juga menerapkan sistem silang. Artinya, pengawas tidak boleh merupakan guru sekolah dimana ia mengawas. Disamping itu, guru yang matapelajaran yang diasuhnya tengah diujiankan juga tidak diperbolehkan mengawas.
Jika dengan pengawasan yang ketat ini masih saja ada kecurangan, Wardan menilai kesalahan lebih ditekankan pada pengawas ruangan. Karena, selain pengawas, tidak ada orang lain yang berhak masuk mengawasi para peserta UN.
Untuk itu, ia berharap pengawas ruangan lebih memperketat pengawasannya. Jika memang menemukan kejanggalan, Wardan menghimbau agar membuatĀ pengawas bersangkutan membuat laporan tertulisnya. Sehingga Disdik bisa mengambil langkah tegas dalam mengatasi dugaan kecurangan itu.
Ditanya terkait adanya naskah soal UN kategori SMK yang tidak dilengkapi kode, Wardan juga mengaku belum menerima laporan. Menurut dia, jika diteliti kembali, kode soal tertera di bagian depan naskah. Tepatnya di sudut kanan atas. Sementara, terkait adanya lembar jawaban komputer (LJK) yang rusak, ia meminta pengawas bertindak cepat.
Menurut dia, jika saat ujian ditemukan LJK rusak, pengawas bisa memfotokopi lembaran yang ada. Siswa bisa memanfaatkan lembaran fotokopi tersebut untuk mengisi jawaban dari soal-soal yang disuguhkan. Nanti, akan ada tim khusus yang bekerja menyalin kembali jawaban siswa tersebut ke LJK asli. "Yang jelas peserta tidak boleh dirugikan," papar Kadisdik.