Setelah berjumpa, Asiang keberatan dengan iuran Rp 138 ribu per bulan. Karena keberatan, Salim pun meminta Asing membuat surat pernyataan keberatan.
"Setelah itu dengan kasar ia meminta saya masuk, dan mengunci pintu. Dia bilang,'Kaupun bisa kuteriaki rampok di sini? Siapa saksimu?'" ujar Salim.
Ia mengatakan Asiang memerintahkan kasir untuk mengambil uang. Setelah memegang segepok uang pecahan Rp 5 ribu, Asiang melemparkan uang itu ke wajah Salim. Ketegangan pun semakin meningkat. Salim mengaku akan melaporkan tindakan Asiang itu ke polisi.
Yang diancam malah semakin menantang dan menyundulkan kepalanya ke pelipis Salim serta meminta untuk dipukul terlebih dulu. Setelah mengancam akan menelpon Camat, Asiang pun membukakan pintu. Senin pagi, Salim mengantarkan surat visum ke Polresta untuk melengkapi laporannya pada Sabtu malam. Setelah itu, ia dan rekan-rekannya menuju bengkel Asiang.
Ia membantah rekan-rekannya memukul Asiang. Beberapa kepling memang menarik Asiang dan memitingnya ke tempat aman karena menurutnya, selain para kepling, tempat itu juga didatangi warga sekitar yang selama ini pernah mengadukan Asiang karena terganggu keberadaan bengkel miliknya.
"Kami hanya ingin memberikan shock therapy supaya dia tidak berbuat seperti itu lagi," katanya. Ia juga berharap proses hukum dilanjutkan agar para pengusaha tidak bersikap arogan kepada para kepling.
Sekretaris Camat Medan Timur, Ferry menegaskan aksi solidaritas yang dilakukan Salim Cs itu tidak dibenarkan.
"Camat kan tadi marah karena mereka datang seolah-olah ingin menyerbu. Karena itu camat menyuruh semua kepling pulang," ujarnya.