Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hendi Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Peristiwa terbunuhnya anggota Kopassus Grup II Kartasura, Sertu Santosa di Hugo's Cafe menyeret sejumlah warga asal Nusa Tenggara Timor (NTT). Asrama NTT di Tegalpanggung DN II, Danurejan, digerebek pasukan Brimob dan Polda DIY beberapa jam setelah kejadian, Selasa (19/3). Tragedi brutal serbuan ke LP Cebongan, Sleman, Sabtu (23/3) dinihari membuat asrama itu makin merana.
Pintu gerbang asrama mahasiswa NTT di Tegalpanggung DN II RT 53 RW 15 Danurejan, Yogyakarta itu tergembok rapat. Lampu teras masih menyala di siang terang, mengisyaratkan tak ada seorang pun di dalam bangunan. Dua kursi panjang hitam pun ikut membisu.
Dedaunan kering dari pohon mangga yang jatuh di halaman juga tampak berserakan. Tidak ada orang yang membersihkan selama lebih kurang lima hari terakhir.
"Kosong sejak kemarin-kemarin, tapi tepatnya saya tidak tahu. Biasanya ada aktivitas orang keluar masuk kalau pagi atau sore hari. Tapi beberapa hari ini sepi," kata seorang warga setempat yang kebetulan tengah ada di dekat rumah itu.
Kepastian asrama ditinggalkan penghuninya diperoleh dari Ketua RT 53 RW 15 Tegalpanggung Danurejan Yogyakarta, Budiono. Penghuninya memang meninggalkan rumah tersebut pascakericuhan Hugo's Cafe, Selasa pekan lalu.
"Setahu saya penghuninya lima orang. Tapi statusnya masih mahasiswa atau kerja saya tidak tahu," ujar Budiono di kediamannya tak jauh dari asrama. Seorang yang kerap berinteraksi dengan warga bernama Deky, atau Hendrik Yohanes Sahetapy.
Deky yang jadi tersangka terbunuhnya Sertu Santosa ini turut jadi korban pembantaian brutal di Lapas Cebongan, Sabtu dinihari. Menurut Budiono, Deky beberapa kali ikut kegiatan warga kampung.
Seperti saat peringatan HUT Kemerdekaan RI, atau jika digelar gotong royong rutin. "Deky yang saya kenal, tinggal di asrama sekitar lima tahun lebih. Kalau sore sering ketemu di angkringan atau menyapa saya pas dia pergi makan ke warung depan," tutur Budiono.