TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Panglima ABRI Wiranto menegaskan pasukan siluman pelaku penyerangan Lapas Cebongan Sleman yang memberondong empat tahanan titipan bisa dibongkar sehari.
Sesumbar Wiranto ini disampaikannya dalam, 'Kuliah Umum Kandidat Presiden 2014: Landscape Politik Indonesia" yang diselenggarakan Soegeng Sarjadi Syndicate di Garden Terrace, Four Season Hotel, Jakarta Selatan, Rabu (27/3/2013).
"Dalam hati saya, serahkan kepada saya, satu hari saya bongkar. Ini bukan masalah bisa atau tidak bisa tapi apakah mau atau tidak mau. Yang mudah dipersulit di negeri ini untuk mendapat keuntungan," ujar Wiranto.
Menurut Ketua Umum DPP Partai Hanura ini, dalam kasus penyerangan lapas, semua pemimpin instansi yang memiliki senjata harus mengedepankan kejujuran. Dan mereka harus berorientasi bahwa siapa pun pelakunya harus mendapat sanksi hukum yang tegas.
"Yang salah harus ditindak, tidak boleh dilindungi. Dalam konteks kemarin itu, yang dibutuhkan kejujuran seorang pemimpin untuk memeriksa ke dalam dan menyampaikan kalau ada anak buahnya terlibat harus dilaporkan kepada kepolisian," tukas Wiranto.
Ia mengaku, sebagai warga pada umumnya tidak bisa melakukan penyelidikan dalam kasus penyerangan lapas Cebongan, hanya sekadar menghimbau siapa pun yang memiliki kewenangan untuk bersikap jujur dalam menyelesaikan masalah.
Modal jujur ini yang Wiranto terapkan kala peristiwa 98 lalu, di mana saat itu dirinya harus melakukan introspeksi ke dalam, menggelar pemeriksaan mencari anak buahnya yang salah melakukan penculikan. Namun, upaya itu bukan untuk menuduh tapi mencari tahu pelakunya.
"Saya tidak dalam menuduh siapapun. Tapi kalau masing-masing instansi yang punya senjata melakukan suatu penyelidikan ke dalam, ini akan selesai," terangnya sambil menambahkan dirnya tak mau mengira-mengira siapa pelaku penyerangan lapas ini.
Pendapat berbeda dari sesama purnawirawan TNI, Sutiyoso. Mantan Wakil Komjen Kopassus, Sutiyoso, meminta kepada masyarakat untuk tidak berspekulasi terkait siapa pelaku penyerangan Lapas Cebongan, Sleman, yang mengakibatkan empat tahanan tewas.
"Kita tidak bisa tuding itu kopassus, kita tunggu saja penyelidikan dari kepolisian," kata Sutiyoso ditemui di sela-sela acara peluncuran buku '34 Wartawan Istana Bicara Tentang Pak Harto', di Wisma Antara, Jakarta Pusat, Rabu (27/3/2013).
Meski demikian, Sutiyoso tidak menampik bahwa solidaritas sesama anggota kopassus tinggi. "Kalau aparatur kita memang solidaritasnya tinggi, punya rasa kebersamaan. kopassus karakternya memang seperti itu, setia kawan, di seluruh dunia juga," kata Sutiyoso. Tribunnews.com/Wartakota