TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Sekitar 25 persen warga binaan Lapas Sleman masih tertekan.
Ada kekhawatiran, jika tak segera ditangani, maka gangguan psikologis akan memberikan dampak jangka panjang yang bisa muncul sewaktu-waktu. Gangguan psikologis juga bisa berdampak pada kesehatan fisik mereka, misalnya gangguan sakit kepala.
Menyikapi hal itu, Kepala Lapas kelas 2B Sleman Sukamto Harto menjelaskan, kamar maut yang menjadi lokasi eksekusi sudah ditempati sejak Selasa lalu. Dinding sel sudah dicat ulang, kasur dan karpet sudah diganti.
"Sebelum ditempati, kami buat acara keagamaan dulu untuk mendoakan mereka yang menjadi korban. Secara psikologis, tentu akan membuat nyaman," ujarnya, Sabtu (30/3/2013).
Meski begitu, belum semua tahanan yang dulunya satu kamar dengan para korban, sudah menempati kamar maut. Kamar maut ditempati para tahanan baru, dan sebagian dari 31 tahanan yang menyaksikan aksi penyerangan berdarah.
"Belum semua (31 tahanan) menempati kamar itu kembali, tapi sebagian lagi malah minta menempatinya," imbuh Kepala Tata Usaha Lapas kelas 2B Sleman Aris Bimo.
Lapas kelas 2B Sleman yang terdiri atas enam blok, hingga kini masih kelebihan kapasitas. Seharusnya, lapas tersebut hanya menampung 161 orang. Namun, kenyataannya menampung sekitar 362 orang. Rinciannya, 12 tahanan wanita, sembilan napi wanita, 117 tahanan pria, dan 189 napi pria. (*)