TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG -- Beberapa peralatan yang biasa digunakan untuk memantau aktivitas kawah Gunung Tangkuban Parahu di Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) hilang digondol maling. Beberapa peralatan yang dicuri tersebut di antaranya yaitu seismometer dan battery accu yang dipasang di sekitar areal kawah.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono mengatakan pencurian alat pencatat kegempaan beserta aki baterai itu terjadi pada Selasa (21/5/2013) lalu sekitar pukul 15.30. Kedua alat yang hilang itu, kata dia, dipasang di areal Kawah Ratu.
"Hilangnya alat pemantau ini tentunya mengganggu kegiatan pemantauan aktivitas vulkanik Gunung Tangkubanparahu," kata Surono, dalam siaran persnya yang diterima wartawan, Rabu (22/5/2013).
Akibat hilangnya alat pemantau seismik di stasiun Kawah Ratu dan rusaknya repeater di bibir Kawah Ratu, kata pria yang akrab disapa Mbah Rono itu, sejak 21 Mei lalu aktivitas kegempaan Gunung Tangkubanparahu tidak terpantau. "Jadi pemantauan yang dapat kami lakukan saat ini hanya pemantauan secara visual saja," tutur Surono.
Berdasarkan catatan yang dimiliki PVMBG, lanjut dia, pencurian peralatan pemantau aktrivitas Gunung Tangkubanparahu itu telah terjadi sejak tahun 2010 silam. Pencurian pun terus berlanjut hingga sekitar 11 kejadian hingga yang tercatat pada 21 Mei kemarin.
Pengamat Gunung Api Tangkubanparahu, Johan Kusuma menambahkan selain seismometer dan battery accu, alat lainnya yang juga raib akibat digondol maling adalah kabel sensor seismik dan konektor yang terletak di areal Kawah Ratu. Akibatnya, petugas sama sekali tidak dapat melakukan pemantauan, selain pemantauan yang dilakukan secara visual dengan datang langsung ke areal kawah.
"Dua pekan sebelumnya atau tanggal 28 April, kabel sensor lebih dulu hilang," ujar Johan saat dihubungi wartawan melalui ponselnya, kemarin.
Akibat pencurian tersebut, kata Johan, pihaknya memprediksi mengalami kerugian hampir seratus juta rupiah. Untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian lebih besar, PVMBG pun memilih menyimpan beberapa peralatan lain yang masih berada di lapangan, seperti box radio, tiang dan kabel stasiun.
"Bukan soal kerugian material, namun hilangnya beberapa pelatan ini berpotensi membahayakan. Kami telah melaporkan kejadian ke pihak berwenang. Kalau benar dicuri, kami meminta pelaku dihukum seberat-beratnya," ujarnya.
Dijelaskannya, di kawasan Gunung Tangkubanparahu, PVMBG memiki empat stasiun, yaitu stasiun Kawah Ratu, Ciater, Tower, dan Gunungputri. Keempat stasiun itulah, kata dia, yang mengirimkan data aktivitas vulkanik Gunung Tangkubanparahu dengan cara dipantulkan ke repeater. Dari repeater baru data dikirim ke kantor pusat PVMBG dan pos pengamatan Gunung Tangkubanparahu di Desa Cikole.
"Gimana jika tiba-tiba aktivitas vulkanik Tangkubanparahu meningkat, tetapi tidak ada peringatan, karena alatnya hilang," ujar Johan.
Terpisah, Kepala Polisi Sektor (Kapolsek) Lembang, Kompol Cahyo Prasetyo mengaku belum menerima laporan kehilangan alat-alat pemantauan kawah Gunung Tangkubanparahu itu. Namun jika menerima laporan, kata dia, pihaknya akan langsung melakukan proses penyelidikan.
"Kalau misalkan dicuri, itu merupakan tindakan pidana berat. Alat pemantauan Tangkubanparahu kan menyangkut kepentingan masyarakat banyak," kat Cahyo saat dihubungi wartawan.
Kepolisian Daerah Jawa Barat pun akan menyelidiki kasus ini. "Polda Jabar akan menurunkan tim khusus untuk mengungkap dan menangkap pelakunya termasuk para penadah barang curian tersebut," ujar Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Martinus saat dihubungi Tribun, Rabu (22/5). (zam/dic)