News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Candi Mendut Tempat Bersemayam Air Suci dan Api Abadi

Editor: Budi Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Biksu dan umat Budha di Ekayana Buddhist Center, Jakarta, merayakan Waisak 2556 BE, yang jatuh pada Minggu (6/5/2012). Perayaan Waisak yang dihadiri ribuan umat Budha tersebut dimulai dengan ritual pindapata, dilanjutkan dengan pujabhakti dan mendengarkan khotbah Waisak dari Sangha Agung Indonesia. (TRIBUNNEWS/DANY PERMANA)

TRIBUNNEWS.COM MAGELANG,  — Ratusan biksu dan biksuni dari beberapa sangha Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) menyemayamkan air suci dan api abadi di Candi Mendut di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (24/5/2013).

Penyemayaman tersebut merupakan salah satu rangkaian perayaan Tri Suci Waisak 2557 BE/ tahun 2013, sebelum nantinya dibawa ke Candi Borobudur untuk diikutsertakan dalam detik-detik Waisak, Sabtu (25/5/2013).

Air suci itu diambil oleh para biksu dan umat Buddha dari sumber air Umbul Jumprit yang ada di Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Jumat pagi. Pengambilan air berkah tersebut bersamaan dengan pengambilan api abadi di Mrapen, Kabupaten Purwodadi, Jawa Tengah.

Rombongan biksu dan umat Buddha tiba di pelataran Candi Mendut dari Umbul Jumprit sekitar pukul 16.00 WIB. Mereka disambut oleh ratusan umat Buddha dan warga sekitar yang telah menunggu sejak siang.

Ketua Umum DPP Walubi Arief Harsono dan Direktur Jenderal Bimbingan Agama Buddha Kementerian Agama Joko Wuryanto diberi penghormatan membawa air berkah dan api abadi menuju altar Candi Mendut. Api abadi kemudian disulut ke puluhan lilin, begitu juga dengan air berkah dituangkan ke dalam kendi-kendi di altar sebelah barat Candi Mendut.

Setelah itu, para biksu dan umat Buddha yang berasal dari Sangha Theravada Indonesia, Sangha Mahayana Tanah Suci, dan Sanghaya Tantrayana serta perwakilan majelis di dalam agama Buddha seperti Majelis Pasogatan, Mapan Bumi, dan Madha Tantri, serta Konghuchu juga bergantian melakukan puja bakti dengan pembacaan parita.

Biksu Dwi Wirya Mahayana, Sekjend Mahayan Tanah Suci, menuturkan, air merupakan simbol sifat rendah hati. Menurutnya, Buddha senantiasa mengajarkan umat untuk tidak sombong sehingga umat bisa menjalani hari-hari dengan baik.

"Sedangkan api melambangkan hati yang terang. Ketika manusia dalam kesusahan itu karena hati manusia gelap, tidak tahu mana yang baik dan buruk," ungkapnya.

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, prosesi penyemayaman air suci dan api abadi dilakukan pada hari yang berbeda. Namun, untuk tahun ini dilakukan bersamaan. Menurut Biksu Dwi Wirya, hal itu bertujuan agar prosesi berbarengan dalam institusi yang sama.

"Supaya berbarengan dalam institusi yang sama tidak ada makna apa-apa," katanya.

Setelah disemayamkan semalam, selanjutnya pada Sabtu siang pukul 13.30 WIB, ribuan umat Buddha dari seluruh Indonesia akan mengikuti prosesi kirab Waisak 2557 BE/ tahun 2013. Umat Buddha akan menempuh jarak sekitar 3,5 km mulai Candi Mendut melewati kawasan Candi Pawon hingga zona 1 Candi Borobudur.

Puncak peringatan Waisak di Candi Borobudur akan ditutup dengan pelepasan seribu lampion pada Sabtu malam. Direktur Jenderal Bimbingan Agama Buddha Kementerian Agama Joko Wuryanto mengatakan, Perayaan Tri Suci Waisak kali ini memberikan makna untuk mempertebal keyakinan sehingga umat Buddha semakin khusyuk mengabdi menjalankan ajaran Sang Buddha. "Diharapkan umat Buddha bisa berguna bagi negara, bangsa, dan agama," tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini