News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tragedi Asap

Ini Indikator yang Menunjukkan Bencana Asap di Riau Mulai Teratasi

Editor: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang wanita dan seorang anak, memakai masker, naik sepeda motor melalui kabut di Pekanbaru, ibukota Provinsi Riau pada tanggal 20 Juni 2013.

TRIBUNNEWS.COM, RIAU - Bencana asap di Riau yang imbasnya meresahkan Singapura, kini mulai teratasi tahap demi tahap.

Menginjak hari ke-10 pelaksanaan penanggulangan bencana asap di Riau, beberapa indikator dari kebakaran lahan dan hutan menunjukkan hasil positif.

Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, menyebutkan, pantauan titik api, baik menggunakan satelit NOAA maupun satelit Terra/Aqua MODIS menunjukkan titik api berukuran.

Titik api dari NOAA pada 22/6 ada 92 titik api, 23/6 ada 154 titik, 24/6 ada 265 titik, kemudian 25/6 turun drastis 54 titik, 26/6 ada 6 titik, 27/6 ada 19 titik, 28/6 ada 7 titik dan 29/6 ada 1 titik.

"Hal ini berpengaruh pada jarak pandang yang menunjukkan tebal tipisnya asap di udara," tutur Sutopo Purwo. lewat keterangan persnya.

Sebelum operasi pemadaman asap yaitu tgl 21/6 rata-rata jarak pandang kurang dari 100 m. Namun sejak 26/6 hingga sekarang jarak pandang mencapai 1-10 km di beberapa daerah di Riau.

Begitu pula indeks kualitas udara juga menunjukkan peningkatan kualitas udara. Jika 20/6 indeks kualitas udara di Duri 1.048 SPI (Standard Pollution Index) dan Dumai 688 SPI yang artinya berbahaya.

Sebab nilai 300-500 SPI tergolong berbahaya. Tapi pada 29/6 di Duri 98 SPI, Dumai 78 SPI, Singapore 59 SPI, Kuallumpur 48 SPI dan Selangor 44 SPI. Artinya tergolong baik dan sedang. Baik jika < 50 SPI dan sedang 51-100 SPI.

Upaya pemadaman kebakaran lahan dan hutan masih terus dilakukan. Di darat masih dikerahkan 15 SSK Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana dan 1.122 pasukan organik untuk memadamkan kebakaran di darat.

Di udara operasi dilakukan dengan pemboman air dan hujan buatan. Ini semua perlu didukung semua pihak agar tidak ada yang melakukan pembakaran kembali.

"Apalagi ancaman kebakaran makin tinggi seiring dengan makin keringnya musim kemarau pada Oktober nanti," tutur Sutopo.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini