TRIBUNNEWS.COM – ”Kami tidak ingin mengungsi. Kami ingin terus sekolah dan bermain bola. Kami rindu sekali teman-teman di sekolah,” ucap Sulaiman, Selasa (2/7/2013).
Tidak hanya sekali bocah 10 tahun itu mengungkapkan perasaannya selama hidup di pengungsian. Sulaiman merupakan satu di antara puluhan anak warga Syiah yang mengungsi di rumah susun (rusun) Puspa Agro, Jemundo, Sidoarjo setelah terusir dari tempat pengungsian mereka di Gedung Olah Raga (GOR) Sampang.
Anak-anak korban konflik Sampang ini baru sekitar sepuluh hari berada di rusun Puspa Agro, Jemundo, Sidoarjo. Tapi mereka mengaku sudah tak kerasan. Mereka rindu dengan kampung halaman mereka di mana mereka bisa bermain bebas dan khususnya suasana sekolah dan teman-teman sekolahnya di Karang Gayam, Sampang.
Pantauan Surya (Tribunnews.com Network), rusun yang berada satu kompleks dengan Pasar Induk Agrobisnis milik Pemprov Jatim itu sebenarnya nyaman dan bersih.
Di rumah susun yang umurnya belum genap tiga tahun itu, setiap kepala keluarga pengungsi mendapat satu unit hunian, dengan fasilitas kamar mandi dalam. Mereka juga mendapat makan tiga kali dalam sehari, dari dapur darurat Dinas Sosial. Ruang khusus perawatan kesehatan bak bilik puskesmas pun tersedia.
Tapi soal sekolah untuk anak-anak, tidak ada sama sekali. Ini berbeda dengan di tempat pengungsian di Sampang. Di sana masih ada sekolah darurat di dalam tenda. Meski ala kadarnya dan sekolah tidak berlangsung setiap hari, tapi anak-anak masih bisa menyempatkan diri belajar. (ab/idl)