TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Pengungsi Syiah dari Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, yang tinggal di Rumah Susun Puspa Agro, Sidoarjo, diperbolehkan pulang ke kampung halaman saat hari raya Idul Fitri. Pemulangan dan penempatan permanen warga Sampang di tanah kelahirannya juga dijanjikan akan terus diupayakan.
"Kami akan berusaha. Kalaupun belum bisa pulang secara permanen, minimal bisa pulang sementara," kata Asisten III Bidang Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Provinsi Jawa Timur Edy Purwinarto seusai forum rekonsiliasi untuk penyelesaian konflik Sampang, di kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel, Surabaya, Jatim, Minggu (21/7/2013). Forum ini diketuai Rektor IAIN Sunan Ampel Abd A’la.
Selain Edy, forum rekonsiliasi ini dihadiri perwakilan dari Nadhlatul Ulama, Muhammadiyah, Ahlulbait Indonesia (ABI) Jatim, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Jatim Sudja, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim Abdus Shomad Al Bukhori, tokoh agama, dan pengungsi Syiah. Edy menambahkan, rekomendasi untuk upaya rekonsiliasi ini tidak akan berhenti di atas kertas.
Selama rekonsiliasi belum bersifat final, kata Edy, Pemprov Jatim tetap akan memberikan pelayanan kepada pengungsi yang masih menghuni rusun. "Kami berharap upaya rekonsiliasi ini cepat dan pengungsi bisa segera dipulangkan dari pengungsian. Setelah itu, akan ada penataan untuk hunian permanen di Sampang," janji dia.
Iklil Almilal, koordinator pengungsi Syiah yang turut hadir dalam forum tersebut, berharap upaya rekonsiliasi dapat dilangsungkan sembari pengungsi dipulangkan ke kampung halaman. Pengungsi meminta, pengamanan di kampung mereka dilakukan oleh kepolisian, sebagai pihak yang netral.
Humas ABI Jatim, Ali Ridho, menyambut baik adanya forum rekonsiliasi yang mau menampung pendapat dari berbagai kalangan. Forum ini diharapkan bisa menelurkan solusi demi terciptanya perdamaian di Sampang.(Harry Susilo)