TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gunung Rokatenda di Pulau Palue, Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali meletus pada Sabtu (10/8/2013) pukul 04.27 WITA.
Tinggi abu letusan fluktuatif antara 1.500-2.000 meter dari puncak Rokatenda. Letusan dengan suara keras, disertai semburan kerikil, abu, serta gempa vulkanik.
Masyarakat sekitar panik, dan dilaporkan letusan kali ini lebih besar daripada letusan sebelumnya.
Menurut Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, dalam keterangan pers yang diterima Tribunnews.com, hingga pukul 09.30 WITA, masih terlihat awan panas guguran menuju arah utara. Arah luncuran awan panas tidak seperti biasanya, yang mengarah ke arah selatan hingga ke pantai.
Awan panas mengalir dari Woje Wubi sampai Pantai Cua. Terparah di Ko'a Desa Rokirole dan Nitunglea. Lima orang tewas akibat awan panas. Tiga korban tewas sudah ditemukan, dan dua orang lagi masih dalam pencarian.
Bupati Sikka bersama BPBD telah berada di lokasi dan melakukan penanganan darurat.
Status Gunung Rokatenda masih ditetapkan siaga oleh PVMBG. Gunung Rokatenda meletus sejak Oktober 2012. Abu letusan tersebar dalam pulau bergantung arah angin.
Gunung Rokatenda berada di Pulau Palue dengan diameter Pulau Palue sekitar 8 kilometer (radius 4 kilometer). Saat siaga Rokatenda, masyarakat diimbau tidak beraktivitas dalam radius 3 kilometer.
Di Pulau Palue, saat ini bermukim sekitar 10 ribu jiwa. Kondisi pulau tersebut berbahaya, karena selalu terancam dari letusan Gunung Rokatenda. Ketersediaan air tanah sangat minim, dan lahan pertanian kurang subur karena lapisan tanahnya tipis.
Akibat letusan Rokatenda sejak Oktober 2012, sebanyak 782 kepala keluarga (2.754 jiwa) mengungsi dari Pulau Palue ke Ende (407 KK) dan Sikka (375 KK).
BNPB telah memberikan bantuan dana siap pakai sebesar Rp 14,7 miliar kepada Pemkab Ende dan Pemkab Sikka, untuk relokasi dan hunian tetap pengungsi. (*)