TRIBUNNEWS.COM, YOGYA -- Almarhum Ipda Anumerta Koes Hendratno (44), semasa hidupnya merupakan sosok bersahaja, ramah dan dermawan kepada orang lain. Ayah tiga anak tersebut dikenal baik kepada semua orang. Di lingkungan keluarga, maupun dalam tugasnya, almarhum tidak pernah membeda-bedakan.
Adik kandungnya, Bripka Nugroho Trihandoyo yang selama ini bertugas di Polsekta Gondokusuman, menegaskan kakaknya itu tidak pernah memiliki musuh. Nugroho mengaku kaget mendengar kabar kematian kakaknya karena ditembak. Namun, bagaimana pun juga berhadapan dengan orang yang berniat jahat merupakan risiko polisi.
Jumat (16/8/2013) malam, Bripka Nugroho yang sedang bertugas di pos jaga Gejayan Yogyakarta, mengaku mendengar kejadian penembakan dari seorang rekan polisi di Tangerang. Saat itu pula dia merasa cemas, jangan-jangan korbannya adalah kakaknya sendiri.
"Saya lalu kontak adik sepupu yang juga tugas di sana. Dia memastikan itu korban kakak saya. Firasat saya benar. Tidak ada yang bisa saya lakukan kecuali meneruskan kabar itu ke rumah di Wates," katanya, Sabtu (17/8/2013). Bripka Nugroho malam itu sekali lagi memastikan dengan melihat foto korban dari handphone rekannya. Ternyata benar korban adalah kakaknya.
Menurutnya, kakaknya almarhum Kus selama ini bertugas di Tangerang sejak 1993. Kakaknya merupakan sosok pria yang perhatian, dermawan dan baik kepada keluarga, saudara maupun lingkungannya. Kabar kematiannya pun membuat keluarga amat terpukul.
Pamannya, Traswoyo, mengatakan hal serupa. Dia merupakan orang pertama di keluarga itu, yang mendapat kabar kematian Koes. Jumat malam sekitar pukul 23.00, dia mengaku mendapat telepon dari anaknya (sepupu korban) yang juga polisi di wilayah Koes bertugas.
"Anak saya yang juga polisi di sana menelepon semalam. Katanya baku tembak, Koes kena kepala belakang dan punggung," ujar Traswoyo.
Dia mengatakan, kabar itu sangat mengejutkan dan membuat seluruh keluarga berduka. Koes selama ini dikenal sebagai orang yang dermawan. Pria tersebut menurutnya kerap membantu keluarga maupun tetangga di lingkungannya.
Dia pun mengenang, Koes tidak selalu pulang kampung saat lebaran. Demikian juga pada lebaran kemarin, Koes tetap bertugas di perantauan. "Terakhir pulang beberapa bulan sebelumnya," katanya.
Dia sangat menyayangkan kejadian yang membuat korban meninggal itu. Pasalnya, saat ini tiga anaknya masih sekolah. Anak pertama kuliah, kedua SMA, dan terakhir atau anak bungsu masuk SD. Dengan meninggalkan Koes, berarti istrinya, Ana Sunaringati, sendiri mengurus tiga anaknya. "Semoga tetap mendapat kemudahan," ujarnya.
Hingga pemakaman almarhum selesai, orangtua dan istri Koes belum dapat ditemui karena duka mendalam. Istrinya sejak jenasah tiba di Wates pun terlihat menangis di antara ribuan pelayat dan anggota kepolisian.
Adik perempuan Koes bahkan menangis histeris saat jenasah masuk rumah dan disalatkan. Demikian juga ibunya, terlihat tidak kuat menahan jatuhnya air mata. Sementara, ayahnya, Suratman, yang purnawirawan TNI hanya diam terduduk di kursi pelayat.(ose)