TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Saat memasuki bulan Agustus, Samin Jasmar, terbayang dengan peperangan yang pernah ia ikuti saat bergabung dengan tentara pejuang kemerdekaan lainnya.
Setiap kali menceritakan pengalamannya, bulu roma selalu berdiri. Apalagi, perihal seorang temannya mati gugur dijatuhi bom saat sedang makan.
"Teman saya meninggal waktu kami sedang makan. Kalau tidak salah nama Abdullah," ujarnya mengenang masa-masa gerilya di dalam hutan di Guntong, Indragiri Hilir, Provinsi Riau, sekitar tahun 1946 lampau.
Peristiwa yang terjadi di depan matanya itu masih terus terngiang dalam pikirannya walau sudah berlalu 64 tahun. Samin menuturkan, pada saat itu, ia bersama dengan pasukan lainnya sedang istirahat dan makan di bawah pohon di dalam hutan. Ketika sedang asyik makan, tiba-tiba ada bom jatuh, persis mengenai temannya itu.
Ia pun langsung berhenti makan dan langsung bersiap mengambil posisi. Tetapi temannya itu, tidak lagi tertolong, bom itu persis mengenai tubuhnya. Pada pertempuran itu, ada dua orang yang gugur.
Kisah itu masih melekat dalam memori Samin yang kini telah berusia 85 tahun. Ia tidak bisa melupakan momen-momen perjuangan seperti itu. Ia mengakui tidak lagi banyak yang bisa dia ingat, namun peristiwa itu masih terus terbayang olehnya.
Sebab itu, seusai salat Subuh pada Selasa (13/8/2013) lalu, ia pun memasang bendera merah putih di tiang depan rumahnya. Padahal belum ada satu pun rumah di gangnya yang memasang bendera.
"Saya sendiri yang pasang. Bukan gampang kita memperjuangkan itu. Kita berjuang mati-matian demi merah putih," ujarnya penuh semangat.
Samin Jasmar ialah satu-satunya veteran yang saat ini masih hidup di Labupaten Lingga, Provinsi Kepri. Ia memang tidak berjuang di Lingga. Ia adalah pendatang dan bekerja di perusahaan timah pada masa kejayaan di sekitar tahun 60-an.