News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mengenal Kampung Senapan di Cipacing

Waswas saat Lihat Patroli Polisi Lewat

Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi seorang karyawan sedang beraktifitas dibengkel senapan angin rakitan di Desa Cipacing, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

TRIBUNNEWS.COM--Untuk memproduksi senapan angin, dibutuhkan bengkel yang dilengkapi  mesin bubut, alat scarped hingga alat penjepit besi yang oleh warga Desa Cipacing, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang,  dinamakan petel. Alat-alat tersebut tak sulit untuk dibeli.

Deni (49),  seorang pengusaha senapan angin mengatakan mengumpulkan bahan baku untuk memproduksi senapan angin bukan pekerjaan sulit. Semua bahan baku itu bisa dibeli di toko bahan bangunan, maupun di tempat-tempat penjualan besi bekas.

Paling vital adalah laras senapan. Laras  bahan bakunya berupa besi 16 milimeter yang kerap digunakan sebagai pondasi bangunan. Besi itu, kata Deni, kemudian dipotong sesuai panjang laras yang diinginkan, kemudian di lubangi bagian tengahnya untuk jalur peluru keluar.

Ukuran lubang peluru yang digunakan pada umumnya  4,5 milimeter. "Laras itu kalau presisi harganya bisa mahal. Saya bisa jual satu laras yang presisi seharga  Rp 250 ribu," ujarnya.

Produsen senapan angin di Cipacing umumnya membuat dua jenis senapan, yakni yang menggunakan gas dan senapan pompa. Senapan yang menggunakan gas memanfaatkan CO2 sebagai tenaga pelontar peluru yang kerap disebut sebagai mimis.

Senapan model itu harus menyediakan tabung yang bisa menyimpan gas. Tabung bisa diisi ulang.Sedang senapan pompa sudah dikenal sejak era 1970-an dan kini kata  kurang begitu laku dibandingkan senapan bertenaga gas.

Untuk membuat senapan jenis gas, kata Deni, besi yang digunakan juga sederhana. Besi yang digunakan berupa besi tabung yang dipampatkan di kedua sisinya. Tabung itu dihubungkan ke tempat meletakan mimis.

Untuk popor senapan, tambah Deni, tak sulit dibuat. Ia menggunakan kayu mahoni maupun kayu pohon mangga.
Untuk mekanik di dalam tubuh senapan, seperti pegas, pelatuk, dan alat-alat pendukungnya,   Deni mengaku bisa memproduksi sendiri.

Ukuran pelatuk dan pegas sama pada sebagian besar senapan. Barang-barang tersebut juga bisa dibeli, dan rata-rata barang-barang itu diproduksi di Tegal.

Deni memiliki empat bengkel yang pekerjanya sebagian besar masih merupakan kerabatnya. Semua bekel tersebut  bisa memproduksi komponen senapan angin. Jika ada kelebihan, ia  menjual  kepada  produsen yang skala usahanya lebih kecil.
Kaliber lebih besar

Selama sebulan, Deni bisa memproduksi 10-15 senapan angin. Semuanya dijual kepada makelar yang selanjutnya menjual  kembali kepada pemilik toko. Senapan produksinya itu laku hingga ke kawasan Kalimantan dan Sumatera.

"Tapi sejak beberapa waktu belakangan ini kami ada kendala, terutama setelah ada kasus penangkapan pengrajin senapan angin di Cipacing," ujarnya.

Bahkan akibat ulah sejumlah oknum warga Cipacing itu, polisi makin sering melakukan patroli di Desa Cipacing.

Para pekerja bengkel yang rata-rata pendidikannya tidak begitu tinggi menjadi ketakutan. "Kadang-kadang kalau lagi kerja ada polisi lewat, mereka (pekerja) berhenti dulu. Padahal kan usaha kita legal, izin semuanya ada, dan senapan angin itu tidak dilarang." ujarnya.

Namun tidak menampik pengrajin di Cipacing mempunyai keahlian untuk membuat senapan yang bisa menampung peluru tajam. Mekanisme yang digunakan untuk peluru tajam tidak begitu berbeda, yakni pelatuk yang bisa memukul bagian belakang peluru, dan laras yang presisi.

"Kalau untuk peluru tajam  itu ukuran lubang larasnya di atas 4,5 milimeter. Besi yang biasa kami beli ketebalannya bisa 16 milimeter. Jadi,  untuk membuat lubang peluru berukuran 5,5 milimeter atau untuk 6 milimeter bisa saja, alatnya juga sama," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini