News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Taruni Masih Sebatas Pemanis

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA --  Tentara Nasional Indonesia (TNI) mulai membuka diri dengan menerima perempuan sebagai taruni di akademi pendidikan mereka. Nantinya, para taruni ini memiliki jenjang karir kemiliteran seperti prajurit laki-laki.

Pendidikan dasar militer dilakukan kurang lebih satu tahun, dan Agustus 2014 mendatang, para taruni ini melanjutkan pendidikan sesuai matra masing-masing.

Untuk Akademi Angkatan Udara (AAU) pendidikan dilakukan di Yogyakarta, Akademi Angkatan Laut (AAL) di Surabaya, dan Akademi Militer (Akmil) tetap di Magelang.

Kepuspen TNI Marsda Iskandar Sitompul menjelaskan, pola pendidikan dan pelatihan bagi taruni dipastikan tidak akan berbeda dengan para taruna. Para taruni akan dibekali ilmu kemiliteran, seperti menembak sampai ilmu bertempur.

Hanya saja ada pembatasan pengaplikasian keilmuan itu sehingga para taruni lebih diarahkan ke urusan kantor dan administrasi. Dengan kata lain untuk program awal ini prajurit perempuan lulusan Akmil, AAL dan AAU ini belum dipersiapkan untuk kerja 'berat'. Meski demikian Iskandar menyatakan tidak menutup kemungkinan angkatan selanjutnya bakal diberi kemampuan untuk bertempur di medan konflik atau mengikuti operasi militer secara langsung.

"Ini (rekruitmen taruni) kan baru. Jadi tentu kita akan evaluasi terus bagaimana yang terbaik. Tapi paling tidak kita sudah memberikan kesempatan kepada lulusan putri terbaik untuk mengenyam pendidikan di akademi yang kami miliki," tandas perwira kelahiran Aceh itu, Rabu (2/10/2013).

Menurut perwira dua bintang itu, perlu infrastruktur yang matang hingga prajurit perempuan bisa ikut mengambil peran strategis prajurit laki-laki. "Terutama dalam hal bertempur di barisan depan," tegasnya.

Untuk angkatan pertama, diakui Iskandar jumlahnya tidak banyak bila dibandingkan dengan taruna. Dari data yang dihimpun Surya, dari hasil penjaringan pendaftaran taruni pada Agustus 2013, total akademi di tiga matra hanya menjaring 32 taruni. Yang terbanyak adalah Akmil dengan 16 taruni. 12 taruni untuk AAU, dan 8 taruni AAL. Jumlah itu bertambah dua orang untuk AAL, karena sebelumnya kuota AAL hanya enam orang.

"Memang belum banyak. Misalkan dari 100 taruna, baru ada 6-10 taruni yang diterima. Prosentasenya masih 5 persen. Namun kita tentu evaluasi karena bisa jadi jumlah taruni yang kami terima setiap tahunnya meningkat," kata perwira dengan dua bintang di pundak itu.

Belum Ideal

Minimnya jumlah taruni untuk angkatan pertama ini juga dirasakan Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) Laksamana Marsetio. Karena itu pihaknya sempat meminta tambahan untuk kuota taruni AAL atau kadet AAL. Permintaan ini akhirnya memang dipenuhi, yakni tambahan dua orang dari sebelumnya hanya diberi kuota enam orang.

"Karena kebutuhan perwira perempuan kami sangat banyak," kata Marsetio.

Disinggung berapa jumlah ideal taruni atau prajurit perempuan di tubuh TNI, Iskandar enggan membeberkan. Namun dia berpatokan pada imbauan pemerintah agar di setiap lembaga negara meningkatkan emanasipasi perempuan. Iskandar mencontohkan, lembaga DPR yang kini harus diisi 30 persen perempuan.

"Kita tidak bicara idealnya berapa. Tapi kita terus berbenah dengan meningkatkan emansipasi perempuan. Merekrut taruni sebagai contohnya. Dalam hal ini kita ikut mengamankan kebijakan penerintah terkait kesetaraan dan emansipasi perempuan di tubuh TNI," katanya lagi.

Iskandar menegaskan, saat ini mereka memiliki perwira perempuan yang tidak sedikt. Bahkan beberapa di antara mereka sudah ada yang berpangkat jenderal.

"Sebenarnya kita sudah kok berparadigma emansipasi. Dari jalur perwira karir, kita banyak kok yang menduduki jabatan strategis dan bahkan berpangkat jenderal. Nah tahun ini kita rintis perwira yang dari jalur akademi," pungkasnya. (idl/rie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini