Tribunnews.com, GUNUNGKIDUL - Sebanyak 30 imigran gelap diamankan jajaran Polres Gunungkidul di Pantai Parangracuk,Tanjungsari, Sabtu(19/10/2013) dihari. Mereka diamankan setelah nahkoda kapal memilih meminggirkan kapal setelah para imigran ribut di atas kapal.
Imigran gelap tersebuit berasal dari Somalia sebanyak 11 orang, Myanmar 5 orang, Pakistan 13 orang dan Eritrea 1 orang. Rencananya mereka akan menuju pulau Crismast Australia melalui Pantai Parangracuk, atau sebelah barat Pantai Baron.
Selain mengamankan para imigran, petugas juga mengamankan dua orang yang hendak mengantar ke Australia. Keduanya yakni Dani Harmawan dan Sandika Prayudi. Keduanya masih menjalani pemeriksaan. Sementara tiga orang lainnya yang menjadi koordinator penyelundupan imigran gelap yakni Medi, Hedi Yunus dan seorang yang belum diketahui namanya melarikan diri.
Informasi yang dihimpun Tribun Jogja, puluhan imigran gelap ini sudah menginap di Hotel Paradiso di kawasan Pantai Krakal sejak Kamis(17/10) pagi. Para imigran ini dipandu satu orang warga Jakarta bernama Sandika Prayudi. Sementara kapal yang akan digunakan untuk membawa para imigran menunggu dri tengah laut.
Setelah semua siap, pada Jumat(18/10) sekitar pukyul 19.00 malam, para imigran berangkat dari hotel dengan menggunakan truk. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan naik kapal jukung milik nelayan menuju ke kapal besar yang sudah menunggu di tengah laut.
Satu persatu kemudian naik ke atas kapal. Setelah seluruh imigran naik di atas kapal, Medi, Hedi Yunus dan soerang awak kapal yang tidak diketahui identitasnya malah melarikan diri dengan naik kapal jukung. Tiga orang tersebut melarikan diri ke arah timur.
"Pak Medi, Hedi Yunus dan seorang yang tidak saya kenal melarikan diri. Saya bersama Sandika ditinggal sendiri bersama para imigran,"kata Dani Harmawan, salah seorang ABK saat diperiksa di Mapolres.
Dani mengungkapkan, penanggungjawab imigran, Medi menjanjikan akan memberikan uang sebesar Rp 40 juta jika berhasil mengantar para imigran hingga pulau Crismast. Namun saat di atas kapal, Medi malah melarikan diri dan para imigran ribut. Bahkan sempat mengancam dengan menggunakan pisau.
Karena sudah dibohongi oleh Medi dan terancam, akhirnya Dani memilih meminggirkan kapal. "Ada GPS yang mengarahkan kapal ke pulau Crismast. Tapi air minumnya hanya setengah galon, bisa mati ditengah laut. Apalagi mereka(imigran) ribut, saya pilih pinggirkan saja kapalnya,"jelasnya.
Sampai di tepi pantai, para imigran langsung melarikan diri. Namun warga dan SAR mengetahuinya sehingga langsung mengamankannya. Dua belas imigran berhasil diamankan sementara belasan lainnya melarikan diri. Petugas SAR kemudian langsung melaporkan kejadian tersebut kepolisian. Para imigram yang diamankan oleh warga kemudian dibawa ke Polres Gunungkidul. Sementara imigran yang sempat melarikan diri akhirnya berhasil diamankan setelah sempat bersembunyi di sekitar kawasan pantai. Mereka kemudian dibawa ke Mapolres.
Kapolres Gunungkidul, AKBP Faried Zulkarnaen mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Imigrasi. Setelah selesai pendataan, para imigran akan diserahkan kepada Imigrasi untuk diproses selanjutnya.“Kita sudah koordinasikan. Nanti pihak Imigrasi akan kesini(polres),”ucapnya.
Faried menjelaskan, dua orang warga Indonesia yang berhasil diamankan masih dalam pemeriksaan. Petugas akan menindak semua pihak yang terlibat dalam penyelundupan imigran gelap ini. Saat ini petugas sedang melakukan pengejaran terhadap tiga orang yang melarikan diri. Mereka kemungkinan besar melarikan diri ke arah Pacitan.
“Kita akan proses semua pihak yang terlibat dalam kasus ini. Pemilik hotel juga akan kita periksa, kalau terbukti memfasilitasi, semua akan kita proses secara hukum,”jelasnya.
Penyelundupan imigran gelap ini menurut Faried dilakukan oleh sebuah jaringan. Namun petugas mengalami kendala untuk mengungkap karena jaringannya terputus.”Ini merupakan jaringan. Mereka sistemnya jaringan terputus, dalam hal ini Dani dikorbankan. Sementara Medi dan teman-temannya melarikan diri,”pungkasnya.(has)