"Dari temuan-temuan itu di lapangan kemudian saya meluncurkan yang disebut Kartu Jakarta Sehat. Begitu saya dilantik Oktober tahun lalu, bulan November saya sebar itu KJS. Meski sempat mendapat ganjalan dari para (anggota) dewan tapi mau nggak mau itu harus segera diadakan karena memang faktanya di Jakarta banyak warga yang tak mampu mendapatkan layanan kesehatan secara baik dan terjangkau," ungkapnya.
Dia juga mencontohkan peluncuran program Kartu Jakarta Pintar (KJP). Menurutnya problem pendidikan bukan hanya soal gratis atau tidak, tapi ada 13 komponen pendidikan yang juga harus terpenuhi bagi warga.
Dari blusukan Jokowi tahu bahwa meski sekolah gratis tapi warga tak mampu membeli seragam sekolah, sepatu dan peralatan belajar.
Selain blusukan, Jokowi juga punya trik jitu lain agar masyarakat mau percaya dengan program yang akan dilaksanakannya. Dia menyebut makan bersama dengan warga juga punya efek ampuh untuk menyelesaikan suatu permasalahan di masyarakat. Buktinya, melalui jamuan makan relokasi warga Waduk Pluit dan penertiban PKL di Tanah Abang berhasil diselesaikan.
"Bayangkan 27 tahun rusun Marunda itu dibiarkan terbengkalai sementara warga di Waduk Pluit tinggal dengan kondisi lingkungan yang buruk. Awalnya mereka nggak mau disuruh pindah lalu saya ajak makan di ruang makan wali kota yang biasa untuk menjamu tamu luar negeri dan pejabat. Sampai dua kali kita makan-makan, akhirnya mereka mau," ujarnya.
Rencananya dalam waktu dekat Jokowi selain akan menyelesaikan pembangunan proyek monorail dan MRT, juga akan membangun sekitar 200 blok rusun yang modelnya diadopsi seperti di Shanghai, Cina dan Singapura.
Rektor UMS Prof Dr Bambang Setiaji menjelaskan, pemberian gelar doktoral honoris causa kepada Jokowi sebagai bentuk penghargaan atas kinerja dan kepemimpinannya.
Bambang mengatakan sosok Jokowi itu langka. Pribadinya sederhana, polos tapi tegas, jarang dimiliki para pemimpin saat ini. Sosok Jokowi menurutnya merupakan pribadi yang lengkap sebagai calon pemimpin Indonesia kelak.(gon)